Friday, October 31, 2008

Hunt City

LOKASI : Sebuah ladang milik seorang nenek-nenek konglomerat.
SITUASI : Malam hari yang mencekam tanpa bintang-bintang ataupun bulan yang bersinar dan terjadi perkelahian.

"Yaz, awas di belakangmu!" Teriak Ucha sambil sibuk untuk melumpuhkan serangan dari seorang nenek-nenek yang kerasukan. Diaz langsung berinisiatif untuk mengeluarkan jurus ampuhnya, "CIAA...AT" dan berhasil mengalahkan cucu si nenek yang ikut kerasukan dengan sebilah pisau yang dapat membunuh demon. "Hampir saja, Cha. Untung ada kamu," ujar Diaz sambil menghela nafas dan membersihkan pakaiannya yang kotor akibat bergulat dengan si cucu. Tapi pertarungan belum berakhir, sang nenek masih mencoba untuk melawan. Si nenek mengambil kayu yang terletak tidak jauh dari lokasi pertarungan.
Dan "Arggg...gh... Gedubrak...brak...brak."
Ucha yang hampir saja celaka, masih menutup matanya. Setelah Ucha membuka matanya, tampaklah seorang cowok ca’em menggunakan jaket kulit dan celana jeans tersenyum padanya sambil mengulurkan tangan untuk membantu Ucha berdiri. Sedangkan si nenek yang kerasukan sudah tidak berdaya lagi karena terkena air suci yang disiram oleh si cowok. Jelas Ucha langsung terperanjat dan terpesona melihat cowok itu sampe-sampe tanpa disadarinya mulutnya terbuka lebar.
"Hi, namaku Diaz," serobot Diaz mendahului kenalan dengan si cowok yang mengulurkan tangannya.
"Hi... namaku Dean. Nice to meet you two. And this is my little brother, Sam," si cowok yang rupanya bernama Dean itu memperkenalkan adiknya juga yang berada di belakangnya.
"Makasih yach, Dean. Namaku Ucha," ujar Ucha malu-malu.
"Ehm... sudah belum acara ramah-tamahnya? Sepertinya ada yang belum selesai kita kerjakan." Sam mencoba menyadarkan Dean, Ucha, dan Diaz bahwa nenek itu belum dibebaskan dari demon.
Setelah itu, Sam membuat evil trap yang digunakan untuk menjebak demon dan mengusir demon dari tubuh yang di-possessed-nya. Kemudian Sam mulai komat-kamit dengan mantra yang digunakan untuk mengembalikan demon ke neraka dan "Arrrggg...gh. Huf..." selesai sudah.

--------------------------------------------

"Kalian hunter juga?" tanya Sam sambil berjalan bersama Dean, Ucha, dan Diaz menuju mobil mereka. "Yo’i. Kalian... Winchester bersaudara kan? Kalian mo ngapain ke sini?" Tanya Ucha.
"Kok kalian tau kami ini Winchester’s?"
"Kalian itu kan hunter paling terkenal. Kami, para hunter sudah mendengar tentang kalian," jelas Diaz semangat.
"Kalian belum jawab pertanyaan aku, kenapa kalian bisa ada di sini?" tanya Ucha sekali lagi.
"Kami cuma numpang lewat dan iseng mampir aja," jawab Sam.
"Oooo... Ehm, kalian mo ikut kami?" tanya Diaz penuh harap.
"Hm, boleh. Memangnya kalian mo kemana?"
"Kami mo ke Roadhouse tempat berkumpulnya para hunter," jawab Ucha sambil membuka gagang pintu mobil kesayangannya yang berwarna kuning metalic dan bersiap-siap untuk masuk ke dalam.
Lalu Ucha masuk ke dalam mobil diikuti oleh Diaz yang duduk di sebelah kursi pengemudi, "kalian ikuti kami dari belakang yach?!"

--------------------------------------------

At Roadhouse,
"Hi, Cha. Sebelah sini," ujar seorang cewek memanggil Ucha di Roadhouse.
Ucha, Diaz, Dean, dan Sam langsung berjalan menghampiri meja cewek yang memanggil mereka.
"Hi, mLn. Gimana perburuan kalian hari ini?" Ucha bertanya sambil duduk di salah satu kursi yang kosong dekat meja mereka.
"Aku dan Delima menemukan seekor vampir di jalan tadi. Hampir saja dia menggigit Delima tapi untung saja aku jago berkelahi dan aku langsung memenggal kepalanya. Hiaaa...at. Tes. Putus deh lehernya," mLn, rupanya nama cewek yang memanggil mereka tadi, menceritakan pengalamannya dengan semangat dengan sedikit nada sombong.
Selain ada mLn dan pasangan hunternya Delima, di sana juga ada hunter yang lain, yaitu Gadies dan Lady, Silv dan Momod.
"Eh, siapa nih yang kalian bawa?" tanya mLn sambil menunjuk ke arah Dean dan Sam.
"Kalian ga mengenali mereka? Mereka itu Winchester bersaudara?!" jelas Diaz.
"Kamu pasti Sam yach?!" ujar mLn semangat.
"Dan kamu pasti Dean yach?!" sambung Silv pasti.
"Hi, Sam," sapa mLn dengan malu-malu.
"Nah, semua sudah berkumpul. Sekarang saatnya," sambung Delima serius.
"Ok. Ucha dan Diaz?"
Ucha mengeluarkan 9 gigi taring dari sakunya, "9..."
"Gadies dan Lady?"
Begitupun dengan Gadies, "8..."
"Silv dan Momod?"
"8..."
"Kalo aku sama mLn mendapat... 10 gigi," ujar Delima sambil tersenyum.
"Hahahaha... Kami menang," teriak mLn.
Dean dan Sam hanya terpelongok melihat mereka. "Eh, Dean. Mereka lagi ngapain sih?"
tanya Sam bingung sambil bisik-bisik.
"Ga tau. Lagi belajar berhitung kali?!" jawab Dean asal sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Mana uangnnya?" ujar mLn semangat.
Ucha, Diaz, Gadies, Lady, Silv dan Momod pun mengeluarkan uang dari dompetnya dan menaruhnya di meja dengan wajah kecewa.
"Crap. Kalo saja tidak ada Dean dan Sam tadi, kita bisa seri dengan mengambil gigi si nenek," gerutu Ucha pelan.
"Tapi kan kita jadi bisa ketemu ama Dean," ujar Diaz sambil memandang Dean dengan kagum dan senyum-senyum sendiri.
"Ehm... Dean, aku mo beli minuman dulu yach?!"
Sam beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri meja bartender.
"Mbak, saya pesen jus jeruk 1," Sam memesan segelas minuman pada seorang cewek yang menjadi bartender di Roadhouse.
"Eh, kamu Sam yach?" ujar sang bartender semangat.
Sam mengerutkan dahinya yang lebar "hm... iya."
"Aku Ta2. Aku penggemar kamu lho. Aku sudah dengar mengenai kisah Winchester bersaudara. Aku suka sekali karakter kamu yang pintar dan cool itu," ujar Ta2 dengan sedikit senyuman.
Sam sedikit menganggukan kepala dengan ekspresi bangga.
"Eh, Ta. Aku mo tanya, ada apa dengan hunter di sini yach? Kok mereka agak aneh gitu?"
Ta2 menyiapkan minuman yang dipesan oleh Sam sambil menjawab, "Aneh gimana?"
"Mereka...mereka seperti membuat semacam taruhan dengan sebanyakan... gigi gitu," sekali lagi Sam menjawab dengan mengerutkan dahinya.
Ta2 tersenyum, "itu sih memang sudah kebiasaan para hunter di sini. Dan menurut pengamatanku, itu sudah jadi tradisi untuk memicu para hunter agar memburu makhluk-makhluk supernatural lebih banyak lagi dan mengurangi jumlah demon dan vampir di muka bumi ini," jelasnya sambil memberikan minuman pesanan Sam.
"Jadi...gigi itu...gigi apa?"
"Itu gigi korban buruan mereka."
"Maksud kamu, orang yang dirasuki mereka basmi iblisnya dan mereka mengambil giginya?"
"Yach, lebih tepatnya orang yang dirasuki itu mereka langsung bunuh karena menurut mereka orang yang telah dirasuki demon itu sudah berubah menjadi jahat."
"Apa? Gila. Kok bisa-bisanya mereka berpikiran seperti itu yach?! Aku harus memberitahu Dean. Terima kasih yach atas informasi dan minumannya."
"Anytime," balas Ta2 dengan dengan senyuman.
Sam langsung kembali ke tempat Dean duduk dan berkata, "Dean, ada yang tidak beres dengan hunter di sini," ujar Sam sambil berbisik pada Dean yang sedang asyik merayu Diaz dan Ucha.
"Ah, apa-apaan sih kamu ini? Ga liat apa aku lagi sibuk nih."
"Dean, this is a serious trouble," Sam mencoba untuk menyadarkan Dean dari kebiasaannya.
"Ok-ok. Kita bicara lagi di motel. Nih, kunci impala. Kamu duluan gih, ntar aku nyusul.
Key?!" Dean langsung beranjak pergi dengan Diaz dan Ucha setelah memberikan kunci mobilnya pada Sam.
"Oh... Dean," rengek Sam.
Sementara itu, mLn mencoba untuk mendekati Sam, "hm... Sam. Kamu ga punya temen ngobrol yach? Aku temenin mau?"
"Eh, mLn. Aku mo ke motel dulu yach?! Mo istirahat. Hehehe..." Sam mencoba menghindari mLn dan langsung bergegas pergi.
--------------------------------------------

Pagi harinya, di motel tempat Dean dan Sam menginap...
Sam bangun dari tidurnya karena mendengar Dean membuka pintu kamar.
"Dean, kemana aja kamu tadi malem?"
Dean senyum-senyum,"I get some fun..."
"Oh... Dean," Sam langsung menutup matanya dengan bantal.
Sam langsung beranjak karena mengingat ada sesuatu yang harus dibahasnya ,"Dean, ada yang harus aku katakan padamu."
"Apa?" ujar Dean santai sambil membuka jaket kulitnya dan menaruhnya di atas ranjang.
"Dean, ada yang salah dengan cara hunter di sini berburu," ujar Sam sambil mendekati Dean.
"Ough...but i think... you must brush your thooth first." Dean merasa terganggu dengan nafas Sam yang belum sikat gigi soalnya semalem Sam kelupaan gosok gigi dan ketiduran gara-gara nungguin Dean pulang.
Sam langsung menutup mulutnya dan pergi ke kamar mandi, "ehm... okay. Sorry..."
Setelah Sam menggosok gigi dan mandi, "Oh...Dean!"
Sam melihat Dean tertidur pulas sebelum dia sempat bercerita.
--------------------------------------------
Malam harinya, di Roadhouse...
Dean sudah stand by bersama Ucha, Diaz, dan Delima di meja bar. Sedangkan Silv, Momod, dan mLn berada di meja yang lain.
Tampak Sam dari balik pintu masuk menghampiri Dean.
"Dean, obrolan kita belum selesai."
"Apaan sih? Entar aja di motel, malu kan sama cewek-cewek ini kamu merengek terus," ujar Dean sambil tersenyum.
"Huh..."
Sam langsung menuju ke meja bartender setelah dicuekin oleh Dean.
"Kenapa Sam? Kok mukamu kusut sekali?" Tanya Ta2, si bartender yang kemaren.
"Aku berusaha membicarakan masalah yang kemaren dengan Dean tapi dia asyik-asyikan bersama wanita-wanita itu," jawab Sam bete’.
Ta2 mencoba netral dengan tidak memihak kepada Sam dan para hunter di kota itu, "kenapa memangnya dengan masalah yang kemaren? Sepertinya ga ada masalah deh.
Wajar kan kalo hunter membunuh buruannya?!"
"Tapi mereka sungguh tidak berperikemanusiaan sekali. Seharusnya mereka tidak perlu membunuh orang yang possessed. Bagaimana kalo seandainya itu terjadi padamu? Apa kamu rela dibunuh cuma gara-gara kamu kerasukan? Seharusnya kan demon itu bisa diusir dengan menggunakan mantra pengusir roh jahat," jelas Sam tanda ketidaksetujuannya.
Tiba-tiba, mLn datang menghampiri Sam.
"Hi, Sam. Ngapain kamu di sini? Gabung aja sama kami di sana."
"Ga pa-pa. Aku lagi pengen pesen minum aja. Ta, aku pesen kayak yang kemaren yach?!" ujar Sam sambil mengalihkan pembicaraan pada Ta2.
"Aku juga deh, Ta. Pesen minuman yang sama," sambung mLn sambil duduk di samping Sam.
Ta2 segera membuatkan minuman yang dipesan oleh Sam dan mLn. Dengan kepiawaiannya, Ta2 membalikan dan melemparkan gelas bartender dan akhirnya jadilah minuman yang dipesan oleh Sam dan mLn.
"Ehm, mLn. Sudah berapa lama kamu menjadi hunter?" tanya Sam sambil mencicipi minumannya seteguk.
"Aku...kira-kira sudah 5 tahun. Semenjak Delima menyelamatkan aku dari seekor vampir yang ingin menggigitku dan ia mengajak aku untuk menjadi partnernya."
"Aku boleh nanya ga?" tanya Sam ragu.
"Boleh," jawab mLn ge’er karena dikira Sam akan menanyakan sesuatu yang personal kepadanya.
"Hm...kok kalian tega membunuh orang yang kerasukan? Bukannya diusir aja demonnya dan orang itu dibiarkan hidup?"
"Hm, maksud kamu? Itu sudah kebiasaan kami. Ga ada istilah tega-ga tega," jawab mLn kecewa karena ternyata Sam tidak bertanya sesuatu yang personal tentang dirinya.
"Ah, udah ah. Kamu nanya-nya aneh. Aku mo kembali ke meja Silv dan Momod aja."
mLn langsung beranjak pergi ke tempat Silv dan Momod bersemayam sambil membawa minuman yang dipesannya.
Setelah sampai di meja Silv dan Momod, mLn terlihat berbicara dengan Silv dan Momod sambil menatap Sam.
"Ehm... kenapa perasaan aku jadi ga enak gini yach?" ujar Sam sambil mengalihkan pandangannya ke Ta2.
"Kamu sudah bertindak keliru. Sekarang mereka merasa terancam gara-gara kamu bertanya seperti itu," jelas Ta2 sambil mengelap meja bartendernya.
"Kalo gitu, aku mo kembali ke motel aja deh. Tolong kamu kasih tau Dean nanti bahwa aku sudah pulang duluan," ujar Sam sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Ok."
--------------------------------------------
Di jalan menuju motel,
Sam berjalan sendirian di lorong sempit yang gelap. Dia lebih memilih jalan itu daripada jalan raya karena itu jalan pintas terdekat menuju ke motelnya.
"Waduh, kenapa aku milih jalan ini yach? Serem banget nih, apalagi aku jalan sendirian nih," kata Sam sambil clingak-clinguk ke belakangnya.
Tak berapa lama ia berjalan, Sam merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Setiap kali kakinya melangkah, selalu diikuti oleh suara langkah kaki yang lain.
Bulu kuduk Sam pun berdiri. Dia mengangkat kerah jaketnya menutupi lehernya dan berjalan lebih cepat. Lebih cepat, lebih cepat, lebih cepat lagi.
Namun, "Arrrggghhhh...."
--------------------------------------------
Pagi harinya, di motel...
Sam terlihat berada di ranjangnya.
"Sam!" panggil Dean yang baru pulang.
"Oh, my head...," keluh Sam sambil memegang kepalanya.
"Kau baru pulang, Dean?" sambung Sam.
Dean berusaha berbenah diri dan membuka jaketnya, "iya, semalam aku menemani 3 cewek cantik sekaligus. Kami sibuk ngobrol-ngobrol dan sedikit bersenang-senang di Roadhouse. Oh ya. Kemaren kenapa kau pulang duluan, Sam?"
"Hm... aku...aku lagi ga enak badan kali, jadi aku pulang duluan," jawab Sam ling-lung.
"Have you get some aspirin?"
"Sepertinya sudah...but i think i need more," ujar Sam sambil memukul-mukul kepalanya.
"Yach udah. Aku mandi dulu yach?!" Dean mengambil handuk dan langsung bergegas mandi.
"Ough...want happen to me?" Sam bertanya kepada dirinya dan mencoba mengingatingat apa yang terjadi padanya semalam.
--------------------------------------------

Malam harinya, di Roadhouse...
"Hi, Sam, Dean," sapa Ucha, Delima, Diaz, dan mLn.
"Ayo, duduk di sini!" ajak Silv sambil memberikan 2 buah kursi pada Sam dan Dean.
Sam dan Dean pun duduk di kursi yang ditawarkan oleh Silv.
"Kalian mo minum apa?" tanya Momod.
"Aku pesen jus jeruk aja," kata Sam.
"Kalo aku, susu segar aja," kata Dean.
Ucha, Diaz, dan Delima menatap heran pada Dean.
"What? Kita harus minum susu untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi," ujar Dean sambil tersenyum.
Lalu Momod menghampiri Ta2 untuk memesan minuman. Tak berapa lama kemudian Momod membawa minuman pesanan Sam dan Dean.
"Silakan..."
Sam dan Dean pun meminum minuman mereka tapi tiba-tiba, "Argh....."
Sam menjerit kesakitan dan keluar asap putih dari mulutnya.
"Sam! Dia kerasukan!" jerit mLn.
"Setiap minuman yang ada di sini selalu dicampur dengan air suci," ujar Momod.
"Kita harus membunuhnya. Siapa yang berhasil membunuhnya senilai dengan 5 gigi," kata Silv.
"Siapa yang berani menyentuh adikku akan berhadapan denganku."
Dean langsung berinisiatif membela Sam dan melindunginya di belakangnya.
Tiba-tiba Sam langsung berlari menuju pintu untuk keluar dari Roadhouse.
"Sam..." teriak Dean sambil berusaha menyusulnya diikuti oleh Ucha, Delima, Diaz, mLn, Silv, dan Momod.
--------------------------------------------

"Aaa..." Sam berteriak-teriak kesakitan sambil berlari menuju hutan.
"Sam! Sam!" Dean masih setia mengejar Sam dari belakang.
Sam terus saja berlari dan tiba-tiba Silv dan Momod telah berada di depan Sam. Sam pun terhenti dan jatuh terduduk.
"Sam, ini akan cepat jika kau tidak berusaha melawan," rayu Momod.
Tapi Dean dengan cepat membelakangi Sam dan berusaha melindunginya.
"Come on, guys. We don’t have to kill him. I will make evil trap and we can send the demon back to hell," bujuk Dean.
Tidak disangka Ucha, Diaz, Delima, dan mLn sudah berada di belakang Sam dan Dean.
"Oh, Sam. Kenapa harus kamu yang dirasuki?" ujar mLn kecewa.
"Ayo, kita bunuh Sam," teriak Ucha yang langsung berlari menuju Sam dengan membawa sebilah belati diikuti oleh Diaz, Delima, dan terakhir mLn.
Tiba-tiba muncullah Ta2 menarik Sam dan membawanya ke dalam hutan.
Dengan segera Ucha, Diaz, Delima, mLn, Silv, Momod, dan Dean mengejar Ta2 dan Sam ke dalam hutan.
Setelah lama mengejar, mereka tidak berhasil menemukan Ta2 dan Sam.
"Crap. Kemana sih mereka?" ujar Silv.
Mereka pun kembali dan berhenti mengejar. Dean yang tertinggal menatap ke seluruh penjuru hutan dan mukanya terlihat cemas. Setelah itu, dia pun kembali ke motel berharap Sam telah kembali menunggunya di motel.
--------------------------------------------

Sementara itu, Sam dan Ta2 ternyata bersembunyi di sebuah gubuk tua di tengah hutan.
Ta2 membuat evil trap dan menaruh Sam di tengah-tengahnya untuk mengusir demon yang merasuki Sam. Kemudian Ta2 pun komat-kamit baca mantra pengusir roh jahat dan "huu...uf," dan iblis pun kembali ke neraka.
Tampak Sam sedang tak sadarkan diri dan Ta2 pun mencoba menyadarkannya.
"Sam! Sam!" panggil Ta2 dengan memukul-mukul lembut pipi Sam.
"Em...em..." Tampak Sam mulai sadar.
"Aku ada dimana nih?" tanya Sam bingung.
"Kamu tadi mo dibunuh sama Ucha, Diaz, Delima, mLn, Silv, dan Momod karena kamu kerasukan," jelas Ta2.
"Oh.... Dean mana?" Sam masih terlihat pusing dan ling-lung.
"Dean sepertinya kembali ke motel, tempat kalian menginap. Sebaiknya kau dan Dean cepat-cepat pergi dari kota ini sebelum bertemu dengan para hunter itu," saran Ta2 sambil clingak-clinguk di jendela yang buram karena sudah lama tidak dibersihkan (namanya aja rumah tua, red).
Setelah itu, Sam menyusul Dean ke motel dengan diam-diam supaya tidak diketahui oleh para hunter setempat.
"Dean!" panggil Sam dengan berbisik supaya tidak menyebabkan keributan.
Dean yang sedang menunggu Sam dengan harap-harap cemas di dalam kamar pun menoleh. "Sam..."
Suasana yang mengharukan pun terjadi. Dean memeluk dengan erat adik kesayangannya itu dan Sam pun membalasnya. "Cup...cup...Dean. Jangan nangis donk, aku kan belum koit," canda Sam.
Dean pun bergegas melepaskan pelukannya pada Sam, "siapa yang nangis? Aku kan cuma khawatir aja kamu pergi kemana, ntar kalo ga ada kamu siapa lagi yang mo aku suruh-suruh."
"Ngaku aja, Dean."
"Sudah-sudah. Ayo, cepat kita tinggalkan kota ini. Nanti kamu bisa-bisa ketemu sama para hunter itu dan dijadikan korban buruan lagi," ujar Dean sambil mulai berbenah-benah.
"Huh...Sebenernya aku berat sih meninggalkan kota ini. Apalagi meninggalkan 3 cewek cantik, yaitu Ucha, Diaz, dan Delima. Aku sudah kesemsem berat sama mereka," sambung Dean dengan menghela nafas.
"Sudahlah, Dean. Nanti aku kenalin sama demon yang cantik, mo ga?" canda Sam.
"Loe aja kali, gue ga..."
Setelah selesai berbenah mereka langsung bergegas pergi dari kota itu. Mereka pun meluncur dengan cepat bersama impala mereka menuju ke tempat lain yang membutuhkan mereka.
TAMAT

No comments:

Post a Comment