Friday, October 31, 2008

Halloween's day

Hari ini tanggal 31 Oktober, hari hallowen.
Berikut beberapa info mengenai hallowen.
Halloween selalu dirayakan setiap tahun tanggal 31 Oktober malam oleh umat Kristiani, terutama di luar negeri. Di Indonesia juga dirayakan, walaupun masih terbatas pada acara-acara yang diselenggarakan kaum selebritis. Sebenarnya apa sih Halloween itu? Kenapa mereka memakai kostum serba menakutkan? Benarkah itu dulunya berkaitan dengan pemujaan terhadap setan, atau hanya sekedar ritual kuno?Kata ‘Halloween’ barasal dari All Hallows Eve (malam mensucikan), karena keesokan harinya adalah hari peringatan untuk menghormati orang suci bagi umat Kristiani (All Saints Day). Salah satu cerita mengatakan bahwa Halloween diperkenalkan oleh bangsa Celtik di Irlandia yang percaya bahwa pada tanggal 31 Oktober malam roh-roh orang yang sudah meninggal gentayangan untuk merasuki tubuh mereka yang masih hidup.Tentu saja mereka tak mau dirasuki oleh roh-roh gentayangan tersebut. Karena itu ketika malam sudah mulai mengintip tanggal 31 Oktober, para penduduk desa mematikan api yang menyala dalam dalam rumah sehingga tubuh mereka dingin dan roh tidak mau memasukinya. Mereka kemudian berpakaian yang menakutkan dan berkeliling desa dengan suara gaduh untuk menakut-nakuti roh gentayangan yang ingin merasuki tubuh mereka.Sejumlah sumber mengatakan bahwa bangsa Celtik akan membakar mereka yang kerasukan sebagai pelajaran bagi roh-roh lainnya agar tidak berani merasuki. Sumber lainnya mengatakan itu hanya mitos saja. Kebiasaan merayakan Halloween dibawa ke Amerika oleh para imigran Irlandia yang mengalami bencana kelaparan di tahun 1840an.Akan tetapi kebiasaan trick-or-treat dipercaya berasal dari budaya bangsa Eropa abad ke sembilan. Mereka merayakan hari roh tiap tanggal 2 November dengan cara berjalan dari desa ke desa meminta ‘kue roh’ yang berupa roti dengan kismis. Semakin banyak kue yang mereka dapat, semakin banyak pula doa yang akan mereka panjatkan untuk keluarga yang sudah meninggal dari si pemberi kue. Dengan demikian diharapkan roh mereka akan langsung masuk ke surga dan tidak gentayangan lagi.Lentera dalam labu kuning diperkirakan berasal dari budaya rakyat Irlandia. Ada cerita rakyat tentang seorang lelaki bernama Jack yang pemabuk dan penipu. Suatu hari ia membujuk setan untuk naik ke sebuah pohon. Setelah setan tersebut berada di atas pohon, Jack mengukir salib di batang pohon tersebut sehingga setan tak bisa turun dan terjebak di atas.Ketika meninggal, Jack tidak boleh masuk surga karena kelakuannya yang ugal-ugalan sewaktu hidup, tapi juga tidak bisa masuk ke neraka karena telah memperdayai setan. Setan kemudian memberi Jack bara api untuk menerangi jalannya yang gelap dan dingin. Agar bara api diletakkan di dalam lobak agar bisa menyala terus. Ketika para imigran Irlandia datang ke Amerika mereka lebih mudah menemukan labu kuning daripada lobak. Akhirnya sampai sekarang labu kuning yang dipakai sebagai Jack-O-Lantern.Jadi walaupun sejumlah kelompok pemuja setan dan sejenisnya memperlakukan Halloween sebagai hari raya utama, tapi praktek-praktek negatif berbau kesetanan tidak berkembang. Yang berkembang adalah ritual untuk memperingati tahun baru bangsa Celtic.
Wah, malam ini ada film bagus nih di bioskop TransTv yang berjudul The Fog.
Katanya sih pertama kali tampil di layar kaca.
Ada Tom Welling nih yang maen di film ini.
Ditonton yach?! ^_^

Santet Si Kuntet

Lokasi : sebuah kamar kost putri
Situasi : Gadies baru pulang ke kost-kostannya dan Red sedang membaca di ranjangnya.

"Eh, Dies. Kemana aja? Aku cariin di kampus tadi kok ga ada?"
Red, temen sekampus, sejurusan, sekamar, sekost, senasib, dan sepenanggungan Gadies yang merupakan salah satu mahasiswi Ekonomi Akuntansi di salah satu universitas terkenal di kota Grandville, menyapa Gadies yang baru saja pulang ke kost-kostannya.
Red yang sedang asyik membaca novel Supernatural pun terpaksa menghentikan sejenak keasyikannya dan mendengarkan penjelasan dari sohibnya itu.
"Aku tadi lagi ngajarin Silv, Keane, dan mLn. Mereka minta aku ajarin buat jurnal, AJP, dkk. Soalnya senin kan udah mulai musim UAS jadi sekedar les privat singkat gitu," jelas Gadies sambil menaruh tas slempangnya di atas ranjangnya.
"Ow, gitu yach?! Enak yach kalo jadi orang pinter, udah kayak artis, diuber-uber," ujar Red sambil tersenyum simpul dan melanjutkan membaca novel tersebut.
"Justru sekarang aku capek banget nih, abis ngajarin mereka. Apalagi Silv, aku ajarin berulang-ulang dia ga ngerti-ngerti juga. Capek deh. Ya udah, aku mo mandi dulu abis itu langsung bobo."
Gadies mengambil perlengkapan mandinya dan menuju ke kamar mandi.
1 jam kemudian,
"Dies, kok lama banget sih mandinya? Kamu mandi susu yach?"
Red berteriak memanggil Gadies yang tak kunjung keluar dari kamar mandi. Namun tak terdengar sahutan dari dalam kamar mandi.
Red yang curiga karena tak mendengar suara Gadies pun beranjak dari tempat tidurnya dan menghampiri pintu kamar mandi.
Red mulai mengetok-ngetok pintu dan memanggil-manggil Gadies, "Dies...Dies..."
Karena Gadies tak kunjung menyahut, Red pun berinisiatif untuk meminta bantuan bu Delima, ibu kost di tempat Red dan Gadies ngekost.
"Bu, bu Delima. Tolong saya, bu. Bu, bu Delima...," ujar Red panik dan mengetok-ngetok pintu kamar Bu Delima.
Tak berapa lama Bu Delima membuka pintu, "Ada apa, Red?"
"Gadies, bu. Udah lama di kamar mandi, ga keluar-keluar. Saya panggil-panggil, ga disahut. Saya khawatir terjadi sesuatu sama Gadies. Tolong saya, bu," jelas Red panik.
Lalu Bu Delima dengan berpakaian daster dan rol di rambutnya keluar dari kamarnya bersama dengan Red menuju ruangan pak Casper, sekuriti di kost-kostan itu.
Bu Delima pun menyuruh pak Casper untuk membuka pintu kamar mandi Gadies dengan kunci duplikat. Setelah pintu terbuka, tampak Gadies telah bersimbah darah dengan beberapa luka tusukan di badannya. Red dan bu Delima pun syok melihatnya.
"Arrgggg...."
------------------------------------

Besok paginya, di kamar motel Sam dan Dean,
"Eh, Dean. Aku baru aja baca koran pagi ini. Katanya, semalam terjadi pembunuhan misterius di kost-kostan bu Delima. Korbannya bernama Gadies, umur 21 tahun, mahasiswi Akuntansi. Tubuhnya ditemukan tak bernyawa di dalam kamar mandi dengan 13 luka tusukan. Yang anehnya lagi tidak ditemukan barang bukti yang berupa alat penusuk dan jejak si pelaku," ujar Sam sambil membaca ulang koran yang dipegangnya di hadapan Dean yang lagi menikmati sarapannya dengan mulut penuh makanan.
"Itu baru aneh namanya," jawab Dean sambil mengunyah makanannya dan menumpahkan sedikit makanan dari mulutnya.
"Dean! Kau menumpahkan makanan di ranjangku," teriak Sam sambil mencoba menyelamatkan tempat tidurnya.
"Sorry, sorry, my false." Dean berusaha untuk mengelap ranjang Sam yang terlanjur ternoda oleh makanan Dean. Apalagi Dean makan burgo, kuahnya yang berwarna kuning itu akan susah untuk hilang dari seprai Sam.
"Of course that’s your fault," ujar Sam geram.
"Udah, udah. Jangan ngambek. Ayo, kita ke TKP sekarang."
Dean yang telah selesai dengan sarapannya langsung beranjak dan berpura-pura tidak bersalah.
"Dean!"

------------------------------------

Setibanya di kost-kostan bu Delima,
"Excuse me. Kami dari kepolisian ingin mengintrogasi perihal kematian sdri Gadies," ujar Dean sambil menunjukan kartu identitas palsunya kepada bu Delima.
"Bukannya semalem polisi sudah mengintrogasi? Kok sekarang introgasi lagi?"
Bu Delima yang belum sempat melepas rol di rambutnya tampak bingung.
"Oh, kalo yang semalem itu cuma untuk mengisi berita acara kematian saja. Saya dan rekan saya ini detektif yang akan mengungkap misteri kematian sdri Gadies. Oleh karena itu, saya perlu keterangan yang lebih detail," ujar Dean yang mencoba meyakinkan dengan tampang lugunya.
"Oh, gitu yach?!" Bu Delima masih memasang wajah bingungnya tapi berhubung detektifnya ca’em-ca’em jadi bu Delima bersedia untuk diwawancarai lagi.
"Perkenalkan, mam. Saya officer Jason dan ini rekan saya, officer Wade."
"Hi, nice to meet you," ujar Sam sambil berjabat tangan dengan bu Delima.
"Hi. Ok, kalo gitu kita bicara di dalam saja," ajak bu Delima.
Sam dan Dean pun masuk ke dalam dan langsung beraksi.
"Ok, bu Delima. Kita langsung saja. Bisa ibu ceritakan kronologis kejadiannya secara detail?" Dean memulai aksinya.
"Hm, officer Wade bisa tolong aku untuk mencatat hasil pembicaraan ini?" Dean meminta Sam dengan nada memaksa.
"Ok," Sam, yang keliatannya masih kesal dengan perlakuan Dean terhadap ranjangnya, mengambil notes dan pena dari saku jaketnya.
Sebelum bu Delima sempat menjawab tiba-tiba datanglah Ta2, anak semata wayangnya bu Delima. Ta2 juga kuliah di kampus yang sama dengan Gadies dan Red tapi berbeda jurusan.
"Mom, who’s coming?"
"Ini, pak detektif yang mau menyelidiki kematian Gadies."
"Hi, officer. My name is Ta2," ujar Ta2 sambil mengulurkan tangan kepada Sam dan Dean.
Dean pun menyambutnya dengan senang, "Hi, i’m officer Jason."
Dilanjutkan oleh Sam, "I’m officer Wade."
"Hi, officer Wade," ujar Ta2 genit.
"Hm, bisa kita lanjutkan?" potong Dean.
"Baiklah. Sebenernya yang tau pasti tentang kejadian malam itu adalah Red. Saya hanya membantu Red yang sedang panik karena Gadies sudah lama tidak keluar-keluar dari kamar mandi dan saya menyuruh pak Casper, sekuriti di sini untuk membuka pintu kamar mandi dengan kunci duplikat. Dan tiba-tiba kami menemukan...menemukan...hu...hu..."
"Maaf, pak. Tampaknya ibu saya masih syok dengan kejadian itu," ujar Ta2 sambil mencoba menenangkan ibunya yang terlihat menitikan air mata.
"Oh, hm. Begitu. Maafkan saya, bu Delima," jawab Dean.
"Hm...hm... kalo begitu bisa kami bertemu dengan sdri. Red?" Tanya Sam.
"Bisa. Tapi jam segini Red lagi ada kuliah. Kalo mas-mas mo nunggu, silakan saja. Saya dengan senang hati akan menemani kalian," jawab Ta2 sambil mengedipkan matanya beberapa kali.
"Hm, mungkin kami bisa melihat TKP-nya sekarang? Sambil menunggu Red tentunya."
"Ok. Aku akan mengantar kalian ke kamarnya Gadies dan Red," ujar Ta2 menawarkan diri sambil bersiap-siap untuk menuju ke kamar Gadies diikuti oleh Sam dan Dean.
"Ma, aku nganter mereka yach?!"
"Iya. Hati-hati, nak. Hu...hu...," jawab bu Delima yang masih terlihat sesegukan.
------------------------------------

Di perjalanan menuju kamar Gadies dan Red,
Terlihat Ucha dan Diaz, anak kost di situ juga, sedang asyik mengobrol di depan kamarnya. Sam, Dean, dan Ta2 pun lewat di depan mereka.
"Eh, Ta. Siapa 2 cowok ganteng ini?" Tanya Diaz usil.
"Eh, iya. Ini pak detektif yang akan menyelidiki kematian Gadies."
"Kenalin donk ama kita-kita," ujar Ucha genit.
"Hi, ladies. My name is Jason and this is my partner, Wade," Dean pun langsung memperkenalkan diri tanpa sungkan-sungkan.
"Hi, nama saya Ucha."
"Hi, nama saya Diaz."
"Ok. Kita langsung aja menuju ke kamar Gadies," lanjut Ta2.
"Kami ikut yach?" Ucha dan Diaz langsung mengikuti barisan Sam, Dean, dan Ta2.
"Boleh kok," ujar Dean sambil senyum-senyum.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju kamar Gadies.
------------------------------------

Sesampainya di kamar Gadies, Ta2 membuka kunci pintu kamar.
"Ladies, you all must wait here. Kami mau melihat-lihat dulu kondisi di dalam kamar," usul Dean.
"Ok. Kami tunggu di sini yach... officer Jason," ujar Diaz genit dan dibalas senyuman oleh Dean.
Sam dan Dean segera masuk ke dalam dan para gadis menunggu di luar sambil ngerumpi.
Mereka pun segera mencari-cari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk kematian Gadies yang misterius. Mereka mencari mulai dari sudut-sudut tempat tidur, lantai, laci-laci lemari, dan ...
"Sam! I found it!" Dean berteriak histeris.
"What you find, Dean?" Ujar Sam sambil menghampiri Dean.
Dean pun mengangkat sebuah benda yang ditemukannya di laci lemari.
"What’s that?"
"The bra," jawab Dean singkat.
"Yang boneng, Dean. Di saat seperti ini, kau masih bisa maen-maen," ujar Sam kecewa dan melanjutkan pencariannya lagi.
Kemudian mereka pun mencari ke tempat kejadian pembunuhan tersebut, yaitu kamar mandi.
"Iyach...cewek-cewek ini ga pernah menyikat kamar mandi mereka apa? Gila, jorok banget. Banyak darah yang berceceran dan baunya anyir banget," keluh Dean sambil menutup hidungnya.
"Dean, kamu lupa di sini kan tempat kejadian pembunuhan itu. Yaeyalah banyak darah."
"Oh, iya yach. Aku ampir lupa. Hehehe..."
Lalu mereka pun mulai melanjutkan pencarian mereka di dalam kamar mandi. Setelah 7 menit 53 detik mereka mencari-cari maka... "Dean, aku menemukan sesuatu!"
"Apa, Sam?" Ujar Dean sambil menghampiri Sam.
"Coba kamu liat di sudut deket kloset itu. Sepertinya ada benda gaib di sini."
Ternyata Sam menemukan sebuah benda yang dibungkus dengan kain hitam dan menyerupai boneka. Pada badan boneka itu bertuliskan "GADIES".
Dean pun bergegas mengambil pematik dari saku celananya dan membakar boneka itu segera, "Hufs...," dan menjadi berkeping-keping.
"Tampaknya ada yang mencoba bermain-main dengan ilmu hitam, Sam."
"Tapi siapa? Dan kenapa bonekanya justru ada di lokasi, Dean?"
Dean dan Sam pun saling menatap.
------------------------------------

"Girls! Kami telah melakukan penyelidikan terhadap TKP. Terima kasih telah membantu kami," ujar Dean setelah keluar dari kamar Gadies diikuti oleh Sam.
"Hm... officer Jason, officer Wade mau ga makan siang bareng kami. Hari kan udah siang, panas dan mas detektif pasti laper setelah melakukan penyelidikan seharian. Mas-mas detektif harus mencoba masakan kami. Kami ini pinter masak semua. Mau yach makan siang bareng kami. Mau yach? Mau yach? Yach? Yach? Yach? Yach?" Desak Ucha, Diaz, dan Ta2.
"Hm... baiklah. Lagipula kami tidak terlalu terburu-buru," jawab Dean sambil senyum-senyum.
Mereka pun menuju ke rumah bu Delima. Di sana mereka makan siang bersama sambil bersenda gurau. Tidak terasa waktu sudah menunjukan jam 04.00 PM.
"Eh, iya. Kalo jam segini, Red udah pulang belom? Mumpung kami masih ada di sini, skalian mengintrogasi dia," potong Sam yang baru inget dengan Red.
"Hm, seharusnya sih udah pulang. Tapi kok ga ada suara Red yach? Biasanya kalo dia pulang pasti mampir di sini dulu, makan malem di sini," jawab Ta2 sambil melongokan kepalanya ke arah pintu.
"Kalo gitu, aku panggil Red dulu deh," lanjut Ta2 sambil bergerak menuju kamar Red.
Tak berapa lama kemudian, Ta2 pun kembali.
"Mana Rednya?" Tanya Ucha.
"Ga ada. Kayaknya dia belom pulang," jawab Ta2 sambil menaikan bahunya.
"Kemana yach? Ga biasanya Red pulang lewat dari jam 3 sore," ujar bu Delima cemas.
Tidak lama kemudian, "Krii.....ing," telepon bu Delima berbunyi.
Ta2 mengangkat telepon yang berdering itu, "Halo? Iya, bener ini tempat kostnya Red?!
Gimana, pak? Apa? Sekarang dia ada di mana? Ok. Baiklah saya akan segera ke sana.
Terima kasih." Ta2 tampak pucat setelah mendengar kabar dari telepon tadi.
"Ada apa, Ta?" tanya Diaz.
"Red... red... red... meninggal dunia," ujar Ta2 sambil menitikan air mata.
"Oh, no," Diaz, Ucha, dan ibu Delima pun ikut menitikan air mata.
"Kalo gitu, ayo kita menuju ke rumah sakit tempat Red dirawat," ajak Sam.
Mereka berenam pun langsung pergi menuju ke rumah sakit naik impala.
------------------------------------

Sesampainya di kamar jenazah,
"Reeeed....," teriak keempat perempuan itu sambil menangis saat melihat jenazah Red yang sudah membujur kaku di ranjang jenazah.
Di depan kamar jenazah itu, tampak beberapa orang yang merupakan teman Red di kampus.
"Hm, saudari siapanya Red yach?" tanya Dean sambil mendekati salah seorang yang merupakan salah satu teman kampusnya Red.
"Saya Keane, adik tingkatnya Red," jawab Keane.
"Hm, kalo yang ini siapa?" tanya Sam sambil menunjuk salah seorang cewek yang ada di samping Keane.
"Ini mLn, sahabat saya. Kami sama-sama adik tingkat Red dan kami lah yang menemukan Red sudah tidak bernyawa lagi di WC putri kampus," jawab Keane sekali lagi.
"Hm... kalian siapa yach? Sepertinya wajah kalian tidak asing lagi?" Keane balas bertanya.
"Oh, kami adalah detektif yang sedang menyelidiki kematian Gadies. Rencananya kami akan mengintrogasi Red perihal kematian Gadies yang misterius tapi ternyata..." jawab Sam ikut prihatin.
"Jika kalian yang menemukan Red, bisa kami mengintrogasi kalian sebentar?"
"Oh, bisa."
Mereka pun menyingkirkan diri ke bawah pohon yang letaknya tidak jauh dari kamar jenazah.
"Hm...bagaimana kalian bisa menemukan Red di WC putri?" Dean memulai pengintrogasian.
"Hm, begini ceritanya. Sekitar jam 1 siang, saya dan Keane mo ke WC untuk benerin bulu mata palsu saya yang melorot dan Keane mo memperbaiki make up-nya yang udah mulai nipis, soalnya udah siang bolong sih. Terus di dalam WC itu kami bertemu dengan mbak Red. Sepertinya dia abis pipis dan sedang mencuci tangannya di wastafel. Pada saat itu saya marah-marah soalnya ternyata bulu mata palsu saya yang sebelah kanan ilang karena ketiup angin dan bilang begini, ‘Dasar angin sialan. Bulu mata ini belinya mahal tau, pake diterbangin segala. Aduh, gimana nih Keane?’ Lalu Keane menjawab sambil menambah bedak di bagian pipinya, ‘Ya, kamu lepasin aja yang satu lagi supaya ga keliatan aneh’ lalu aku jawab lagi, ‘Keane, bulu mata aku ini udah aku gundulin, ntar kalo aku buka bulu mata yang palsu ntar kayak setan’ terus..."
"Hm, mLn langsung aja deh ke inti permasalahannya. Kayaknya soal bulu mata bisa kita lewatkan," potong Sam sambil tersenyum.
"Ok deh, kalo kamu maunya gitu," jawab mLn tampak tersipu malu melihat senyum Sam yang menggoda.
"Nah, saat kami bercakap-cakap soal... ntu. Wajah mbak Red tampak terlihat pucat.
Mbak Red mulai batuk-batuk dan batuk-batuk lagi dan batuk lagi dan keliatannya mbak Red ada penyakit TBC deh soalnya ga lama kemudian dari mulutnya mbak Red keluar darah dan blak... mbak Red terkapar di lantai," mLn menebak-nebak.
"Oh, begitu yach?! Bagaimana menurutmu, Officer Jason? Officer Jason? Officer Jason!" Sam mencoba menyadarkan Dean yang sedang asyik sendiri dengan Keane.
"Oh, of course my name is officer Jason," ujar Dean yang sudah tersadar dari keasyikannya.
"Yes, we know your name is officer Jason. So we need your opinion about what mLn told us. Now!" ujar Sam yang terlihat geram dengan tingkah Dean.
"Hm...ehm, saya rasa kita akan mengabari kalian lagi jika kami butuh keterangan lainnya.
Untuk sekarang cukup sampai di sini dulu. Terima kasih Keane dan mLn." Dean langsung beranjak dari tempat duduknya sambil menyalami kedua cewek tersebut.
"Bye...laen kali hubungi kami lagi yach, pak?!" ujar mLn dan Keane sambil melambaikan tangan dengan senyum-senyum.
"Dean, apakah menurutmu keterangan dari mLn itu sudah cukup?" Bisik Sam.
"Sebenernya.... aku tidak mendengarkan penjelasan mLn tadi...Tapi kau sudah dengar penjelasannya bukan?! Aku harus menjaga gengsiku di depan wanita. Masa’ aku mo nyuruh dia ngulang keterangannya tadi, ntar aku disangka tulalit lagi," Dean menjelaskan dengan senyum-senyum.
"Dan aku rasa kita perlu mengorek informasi dari pihak lainnya," ujar Dean memasang nada serius.
Kemudian Dean dan Sam pun menuju ke ruangan dokter yang mem-visum Red.
------------------------------------

Di ruangan dokter,
Dean dan Sam mengetok pintu ruangan, "Tok....tok...tok..."
"Masuk!" Sahut Dr. DMC dari balik pintu.
Dean dan Sam pun tak sungkan-sungkan lagi. Mereka langsung mencari posisi masing-masing dan duduk di depan meja Dr. DMC.
"Selamat sore, dok," sapa Sam.
"Selamat sore! Siapa yang mo diperiksa, silakan langsung naek ke ranjang," ujar Dr. DMC tanpa basa-basi lagi sambil sibuk menulis sebuah resep yang sepertinya resep untuk pasien sebelumnya.
"Ow, kami ke sini bukan untuk diperiksa. Kami adalah detektif yang sedang menyelidiki kematian seorang mahasiswi yang bernama Gadies. Kebetulan saksi kunci kematian Gadies adalah Red yang merupakan sahabat Gadies. Tapi ternyata Red hari ini mendadak meninggal dunia. Dokter adalah dokter yang mem-visum jenasah Red kan?"
"Ehm, iya," jawab Dr. DMC sambil membenarkan kaca matanya, yang berlensa +3 untuk yang sebelah kanan dan +3,5 untuk mata sebelah kiri, yang mulai melorot.
"Kami ingin mengetahui beberapa informasi mengenai hasil visum telah yang dilakukan."
"Sebenarnya pada tubuh si korban tidak ditemukan penyakit apa pun juga. Tapi di dalam lambungnya kami menemukan beberapa jarum pentol. Kemungkinan jarum itu tertelan dan menyebabkan dia meninggal dunia."
"O, begitu, dok. Jadi semuanya murni kecelakaan?"
"Ya, bisa dibilang begitu soalnya dia teledor dan menelan benda tajam. Tapi biasanya kejadian ini jarang sekali terjadi. Kemungkinan terjadi pada umat manusia di dunia ini sekitar 0,001%. Sungguh malang nasib anak itu."
"Kalo begitu terima kasih atas informasinya, dok. Kami permisi dulu," Dean dan Sam langsung beranjak dari tempat duduknya dan bergegas ke arah pintu.
Tapi, "Eh, mas. Siapa nama kalian tadi? Sepertinya kalian belom memperkenalkan diri dan belom menunjukan kartu identitas kalian?" ujar Dr. DMC ling-lung.
"Oh, saya adalah Officer Jason dan ini rekan saya Officer Wade. Maaf sudah merepotkan dokter." Dean dan Sam buru-buru meninggalkan ruangan dokter sebelum ketahuan.
------------------------------------

Di jalan menuju pintu keluar rumah sakit, Sam dan Dean bertemu dengan Ucha, Diaz, bu Delima, dan Ta2 yang juga menuju ke pintu keluar.
Sam dan Dean pun menghampiri mereka, "Good evening, ladies," sapa Dean.
"Oh, pak Jason dan pak Wade. Kalian belum pulang rupanya. Apakah kalian akan menghadiri pemakaman Red besok?" Tanya bu Delima, yang matanya masih terlihat merah karena menangis.
"Hm, besok pemakamannya dimana dan jam berapa, bu?" Tanya Sam.
"Besok jam 10.00 AM di daerah Jeruk Purut."
"Baiklah, kami akan datang ke pemakaman besok," janji Sam.
"Kami tunggu yach?!" Ujar Ucha dan Diaz sambil tersenyum manis..
"Sampai jumpa besok, officers," sambung Ta2 sambil melambaikan tangan.
Dan mereka pun berpisah di depan pintu rumah sakit. Dean dan Sam melaju dengan impala mereka dan para gadis (kecuali bu Delima kali, kan udah ibu-ibu ^_^ JK, red)
pulang dengan naik taksi.
------------------------------------

Di motel tempat Sam dan Dean menginap, mereka baru saja pulang dari rumah sakit.
"Dean, apa kau berpikir bahwa Red meninggal karena ketelen jarum pentol?" Sam memulai percakapan dengan melepaskan sepatu bootnya.
"Ada beberapa kemungkinan. Pertama, Red emang ga sengaja nelen tuh jarum. Kedua, Red memang sengaja makan tuh jarum. Ketiga, ada yang memasukannya secara paksa ke dalam lambungnya," Dean berusaha memaparkan pemikirannya.
"Kalo yang pertama, aku rasa ga mungkin deh. Masa’ dia makan jarum tapi ga kerasa.
Jarum itu kan keras Dean?! Kamu aja kalo makan nasi ada padinya langsung dilepehin semua makanan yang ada di mulutmu. Ini jarum! Masa’ ga kerasa sih nelen jarum?! Kalo yang kedua, ngapain dia nelen tuh jarum secara sengaja? Memangnya dia mo bunuh diri? Kalo yang ketiga, berarti ada hubungannya dengan ilmu hitam nih. Menurutmu, Dean, apakah kematian Red ini ada kaitannya dengan kematian Gadies?"
"Mungkin juga. Kita liat aja besok," ujar Dean sambil mengusap-usap dagunya yang kasar karena banyak jenggotanya yang udah lama ga dicukur.
------------------------------------

Besoknya di pemakaman, hadir beberapa orang terdekat seperti bu Delima, Ucha, Diaz, Ta2, mLn, Keane, Silv, dan beberapa dosen universitas Red.
Kemudian muncullah Sam dan Dean dari balik pohon beringin yang tua namun berdiri kokoh di belakang lokasi pemakaman Red.
Sam dan Dean pun menghampiri Ucha, Diaz, dan Ta2 yang berdiri di samping liang lahat yang akan jadi ‘rumah masa depan’ Red.
Sam pun memulai percakapan, "Eh, Ta. Siapa orang-orang yang menggunakan jas hitam itu?" Tanya Sam sambil memandang ke arah orang-orang yang berdiri di seberang mereka.
"Oh, itu dosen-dosennya Red," jawab Ta2.
Salah satu dosen itu membalas pandangan Sam dengan tajam.
"Kalo dosen yang lagi ngeliatin aku itu, siapa?" Tanya Sam lagi dan kali ini sambil menunduk.
"Itu pak a2n. Dia salah satu dosen yang mengajar Red. Kata Red sih, dia orangnya baik, ramah dan ga pelit nilai walaupun Red kadang-kadang suka ga ngerti mata kuliah yang diajar dia," jelas Ta2.
"Oh, gitu yach?! Hm, apakah pak a2n juga mengajar Gadies?"
"Yaeyalah, mereka kan satu jurusan. Tapi kalo kata Gadies sih, pak a2n itu orangnya ga perhatian sama mahasiswanya, dan suka pilih kasih gitu. Dia cuma doyan ngajar mahasiswinya aja."
"Oooo... Prbadi yang cukup unik yach di mata mahasiswanya," ujar Sam sambil tersenyum simpul.
Sementara itu, the coffin mulai dimasukan perlahan-lahan ke dalam lubang dengan diiringi suara dari hembusan angin kencang yang menggoyangkan daun-daun pohon beringin dan kamboja yang banyak terdapat di lokasi itu lalu suasana haru pun terjadi.
------------------------------------

Setelah pemakaman selesai, Ucha, Diaz, Ta2, Sam dan Dean mengobrol-ngobrol di warso (warung bakso), yang letaknya tidak jauh tapi lumayan jauh juga kalo jalan kaki dari lokasi pemakaman, sambil makan bakso.
"Ehm, kalo menurut kalian, Gadies dan Red itu gimana sih? Apakah mereka punya musuh?" Dean memulai percakapan dengan mulutnya yang penuh dengan bakso.
"Kalo Gadies itu orangnya pinter, baik, dan jujur. Kalo Red itu, orangnya agak rada males belajar tapi ga pelit soalnya aku suka minjem duit sama dia kalo uang kirimin bonyok abis sebelum akhir bulan. Hehehehe...," jawab Diaz.
"Kalo musuh.... rasanya ga ada deh. Soalnya mereka jarang cekcok sama orang," lanjut Ucha.
"Tapi, Cha kamu inget ga waktu Silv dateng ke kost-kostan dan nyari-nyari Red?"
Sambung Ta2.
"Iya... iya. Waktu itu Silv marah banget soalnya diputusin sama Red. Tapi kejadiannya udah lama banget, sekitar 2 tahun yang lalu. Emangnya, kalian mengira kalo Red itu dibunuh yach?"
"Ada kemungkinan, soalnya kami udah mengintrogasi dokter yang mem-visum Red.
Katanya ditemukan beberapa jarum pentol di dalam lambung Red. Hal itu yang menyebabkan kematian Red," jelas Dean.
"Tapi apa mungkin ada orang yang bisa memasukan jarum-jarum itu ke dalam perutnya Red?" Ujar Ucha penasaran.
"Eh, kalian jangan ngomong yang menjijikan donk. Aku kan lagi makan nih," keluh Diaz.
"Ah, cuma ngomong gitu aja kok menjijikan."
"Yaeyalah, kau kan mahasiswi kedokteran jadi udah biasa dengan hal-hal semacam itu tapi aku kan ga biasa," ujar Diaz sambil manyun 3cm.
"Terus apakah ada orang lain yang ada masalah dengan mereka berdua?" Sambung Sam.
"Hm... kalo mo dibilang orang yang ada masalah dengan mereka berdua, semuanya punya kali. Kalo aku tempo hari pernah ribut sama Gadies gara-gara kebiasaan dia buang sampah sembarangan di kost-kostan tapi aku ga ambil hati kok. Terus kalo Diaz, utangnya sama Red udah numpuk. Tempo hari mo ditagih Red tapi bilangnya ga ada uang melulu. Kalo Ucha... suka sebel sama Red soalnya suka numpang bobo’ di kamarnya Ucha dan Diaz, dan suka ngiler di bantalnya Ucha," jelas Ta2 sambil memutar-mutar otaknya, mencari file-file memori lama.
"Lagian si Red ngilernya ga ketulungan tapi mana mungkin aku mo bunuh dia cuma gara-gara dia ngiler di bantal aku," keluh Ucha.
"Ada lagi orang-orang yang punya masalah dengan mereka. mLn dan Keane, adik tingkat mereka. Gadies pernah cerita kalo mereka berdua dulunya musuh besarnya Red gara-gara Red pernah mengerjai mLn dan Keane abis-abisan pas OSPEK. Terus siapa lagi yach?
Ah, pak a2n. Pak a2n punya masalah juga sama Gadies gara-gara tempo hari pak a2n pernah mo diaduin sama rektor gara-gara sifat pilih kasihnya. Tapi setelah dibujuk oleh Red, Gadies ga jadi melaporkannya," sambung Ucha.
"Wah, ternyata semuanya punya masalah yach dengan Gadies dan Red," ujar Dean dengan sedikit tersenyum.
"Terus kalian tau ga soal boneka yang ada di kamarnya Red dan Gadies, yang ada tulisan ‘GADIES’ di badannya?" Tanya Sam teringat sama boneka item itu. "Itu mah, boneka kesayangannya Gadies. Itu boneka pemberian Red waktu Gadies ultah.
Memang sih buatan tangan sendiri tapi Red dengan segenap hati, jiwa dan raga membuatkannya untuk Gadies," jelas Ucha.
"Oooo... ternyata tuh boneka bukan perantara ilmu hitam toh?!"
"Santet maksudnya? Memangnya hal ini kedengerannya seperti kerjaan orang maen santet?" Ceplos Diaz.
"Santet? Apaan tuh?" Ujar Dean balik nanya.
"Bahasa kerennya mengguna-gunain orang, Jas," jawab Diaz.
"Oooo..." ujar Dean lugu.
Setelah selesai makan bakso, Diaz, Ucha, dan Ta2 diantar pulang ke kost-kostan naek impala sama Sam dan Dean.
------------------------------------

Malam hari, di motel tempat Sam dan Dean menginap.
Sam dan Dean bercakap-cakap seputar pembunuhan misterius yang terjadi.
Sam terlihat sibuk mengotak-ngatik laptop untuk mencari informasi mengenai santet yang baru saja mereka bicarakan.
"Dean, dari google aku menemukan informasi mengenai santet. Santet ini adalah ilmu hitam yang dipelajari oleh seorang dukun dimana santet ini digunakan untuk mengguna-gunai targetnya," ujar Sam sambil membacakan sebagian kecil informasi yang didapatnya dari internet.
"Menurutmu, Dean. Siapa diantara orang-orang yang mengenal Red dan Gadies yang bertampang mirip dukun?" sambung Sam.
"Hm... kalo Ta2, Diaz, Ucha, dan bu Delima rasanya tidak mungkin. Mereka adalah perempuan yang baik-baik dan manis," jawab Dean simple sambil senyum-senyum dan mengingat-ingat wajah mereka yang cute (narsis dikit bo’ ^_^ , red).
"Tapi belum tentu juga kalo orang tersebut secara langsung yang melakukannya, bagaimana kalo orang tersebut menyewa seorang dukun untuk melakukannya?" tanya Sam lagi.
"Bisa juga. Tapi kalo dipikir-pikir mLn, Keane, Silv, dan pak a2n lah yang mempunyai alasan kuat untuk membunuh Red dan Gadies," terka Dean.
"Berarti sekarang tersangka kita ada 4 orang. Kita akan mulai mencoba menyelidiki keseharian mereka besok. Ok?!"
"Fine."
------------------------------------

Besok pagi, Sam dan Dean mulai menyelidiki keseharian dari mLn dan Keane.
Di kampus mereka, Sam dan Dean memantau segala gerak-gerik mLn dan Keane. Mulai dari pagi mereka datang sambil lari-lari karena sudah telat masuk kelas Akuntansi Dasar.
Setelah selesai kuliah Akuntansi Dasar, mereka ke kantin makan siomay, bakso, es campur, pempek kapal selem, dan yang terakhir nasi goreng. Setelah perut mereka penuh dengan makanan-makanan itu, mereka kembali kuliah sampai dengan jam 01.00 PM.
Sehabis kuliah mereka langsung menuju mall GIM (Grandville Indah Mall) untuk ngeceng sambil cuci-cuci mata. Sampai jam 07.00 PM, mereka akhirnya selesai juga mengelilingi semua sudut-sudut mall ini sampe-sampe Sam dan Dean kewalahan mengikuti mereka. Pada saat perjalanan pulang, Sam dan Dean masih mengikuti mereka dari belakang mobil mLn dan Keane. Terlihat mereka menuju rumah mLn dan ternyata Keane mengantar mLn pulang. Setelah itu, Keane langsung menuju ke rumahnya.
Sam dan Dean pun kembali ke motel setelah seharian mengikuti mLn dan Keane.
------------------------------------

Sesampainya di motel,
"Dean, apakah kau berpikir bahwa mereka berdua punya niat untuk menyantet orang setelah kita bercapek-capek ria mengikuti mereka dari pagi sampe sore? Gila, kakiku pegel banget, kayaknya perlu nyewa tukang pijet nih," ujar Sam mengeluh sambil memijat-mijat betisnya yang terlihat membesar.
Dean yang langsung berbaring di ranjangnya, tidak mengeluarkan sepatah kata pun selain suara dengkurannya yang makin keras.
"Oh, Dean."
------------------------------------

Paginya, di motel.
Sam dan Dean bangun jam 10.00 AM karena kemaren kecapekan.
"Dean, gimana nih? Menurut hasil pengamatanku kemaren, tampaknya mereka berdua hanya 2 cewek banget yang hobi telat, makan, dan keliling mall."
"Belum tentu, Sam. Lebih baik kita ke rumah mereka aja. Mungkin di dalam rumah mereka ada benda-benda santet yang kita cari. Mumpung hari ini hari minggu, pasti mereka ada di rumah," usul Dean.
"Ok. Aku akan ke rumah mLn dan kau ke rumah Keane."
Setelah mereka bersiap-siap, mereka pun langsung menuju ke lokasi perburuan masing-masing.
------------------------------------

Beberapa menit kemudian, Sam sampai di rumah mLn.
"Spada.... Ada orang di rumah?" Panggil Sam dari depan pintu rumah mLn.
Tak berapa lama kemudian muncul mLn, "Hm, siapa yach?"
"Oh, permisi. Saya officer Wade. Kamu masih ingat saya?"
"Oh, tentu, officer Wade. Aku tidak akan pernah bisa melupakan anda," ujar mLn malu-malu.
"Silakan duduk, pak Wade," ujar mLn sambil mempersilakan Sam masuk.
"Kamu tinggal sendirian?" tanya Sam untuk memastikan rencananya akan berjalan dengan lancar.
"Orang tua saya lagi pergi keluar kota dan saya anak tunggal, jadi sekarang saya ditinggal sendirian. Kenapa memangnya, pak?"
"Oh, ga pa-pa. Rumah kamu terlihat sepi padahal ini kan hari minggu," jawab Sam ngeles.
"Hm, ada apa bapak mencari saya?" tanya mLn.
"Hm, begini. Saya ingin mengorek informasi lagi mengenai Red dan Gadies."
"Oh, mengenai itu. Apa lagi yang bisa saya bantu, pak? Oh, tunggu sebentar yach, pak saya ambilkan minuman dulu." mLn menuju ke dapur untuk mengambilkan minuman.
Situasi tersebut tidak disia-siakan Sam untuk memeriksa sudut-sudut rumah mLn.
Dari kamar-kamar, ruang keluarga, garasi, gudang, dan ruangan lainnya tapi hasilnya nihil.
Tak berapa lama Sam berhasil kembali duduk di ruang tamu, datanglah mLn membawa minuman.
"Maaf yach, pak agak lama soalnya saya mo buatin pak Wade jus jeruk tapi jeruk di kulkas abis jadi terpaksa saya ke warung dulu tadi," ujar mLn sambil menaruh segelas jus jeruk segar di meja.
"Oh, ga pa-pa. Harusnya kamu ga usah repot-repot, saya cuma sebentar kok."
Kemudian Sam berpura-pura mengangkat ponselnya, berbincang dengan suara yang tidak ada dan berakting seperti Sam harus segera pergi.
"Oh, maaf, sdri mLn. Saya harus segera pergi. Ada panggilan mendadak. Terima kasih atas minumannya." Sam langsung bergegas pergi setelah meneguk habis jus jeruk buatan mLn.
------------------------------------

Sam yang sudah sampai di motel, menunggu Dean pulang dari rumah Keane.
Tak berapa lama kemudian, Dean pulang.
"Gimana, Dean?"
"Nihil. Aku sudah periksa semua sudut ruangan yang ada di rumahnya tapi tidak ada hal-hal yang mencurigakan. Kalo kau?"
"Sama, nihil. Walaupun rumahnya agak sedikit berantakan dan membuatku susah untuk menggeledah rumahnya tapi tampaknya tidak ada benda santet di rumahnya. Jadi sekarang tinggal 2 tersangka, Silv dan pak a2n."
"Ok. Besok kita akan memata-matai mereka sampai tuntas."
------------------------------------

Besok pagi di kampus, Sam memata-matai pak a2n dan Dean memata-matai Silv.
Mereka mengikuti target masing-masing dari pagi sampai malam hari, mereka singgah di rumah target masing-masing dan berusaha dengan segala cara untuk mengorek informasi yang bisa memberatkan mereka dengan menggeledah rumah Silv dan pak a2n dengan cara masing-masing. Setelah selesai, Sam dan Dean pun kembali ke motel dan menceritakan penyelidikan mereka.
"Gimana, Dean dengan Silv?" Ujar Sam yang baru pulang dari rumah pak a2n sambil membuka sepatu serta jaketnya.
"Silv, seorang mahasiswa yang pemalas. Suka tidur saat jam kuliah dan dikeluarkan oleh dosen yang bersangkutan karena telat 1 jam pada jam kuliah yang pertama. Makanan favoritnya nasi uduk mbok Ijah soalnya pagi tadi dia sarapan nasi uduk di situ, siangnya makan siang di sono juga, terus dibungkus untuk makan malem juga. Selesai kuliah, dia sering kongko-kongko di bawah pohon bersama dengan temen-temen satu gengnya.
Rumahnya, lebih tepatnya lagi mungkin gudang kali yach, penuh dengan barang-barang rongsokan dan sebagian besar perabotannya terbuat dari barang-barang bekas. Lumayan kreatif juga sih. Dia tinggal sendirian di rumahnya dan hobinya adalah maen musik ga jelas dengan gitar reotnya. Sepertinya hidupnya sudah penuh dengan hal-hal yang dia sukai dan menurutku tidak mungkin dia punya waktu untuk menyantet atau bekerja sama dengan seorang dukun untuk menyantet orang," jawab Dean.
"Kalo pak a2n gimana?"
Giliran Sam untuk bercerita, "Pak a2n, seorang dosen di jurusan Ekonomi Akuntansi yang memiliki kebiasaan bilang ‘ok’, entah sudah berapa kali dia bilang kata itu sampe aku bosen dengernya. Terus pak a2n itu adalah pengagum kaum hawa dan dia sudah memiliki 2 orang anak laki-laki dari istrinya yang sudah bercerai dengannya. Dan kalo di rumah hobinya adalah membaca dan membuat materi kuliah untuk besok harinya dan mejanya dipenuhi dengan kertas-kertas ujian dan kertas-kertas... entahlah aku ga tau soalnya tumpukan kertasnya udah menumpuk setinggi piramid di Mesir. Dia juga bercerita dengan antusias mengenai kesehariannya saat aku mengaku sebagai wartawan majalah ‘Akademik’. Kayaknya dia agak sedikit narsis deh soalnya dia selalu memuji-muji dirinya sendiri dengan bilang ‘saya ini dosen yang baik, itu kata mahasiswa saya...’.
Tampaknya pak a2n itu adalah seorang dosen biasa yang... agak sedikit narsis yang dipenuhi dengan kesibukan mengajarnya yang membuat aku berkesimpulan pak a2n itu bukanlah orang yang kita cari. Di rumahnya juga selain kertas-kertas dan buku-buku yang berserakan, tidak ditemukan barang-barang yang mencurigakan. Dan lagi dia adalah pecinta kaum hawa jadi mana mungkin dia akan tega mencelakai Red dan Gadies."
"Wah, kalo begitu siapa donk orang yang menggunakan santet itu?" ujar Dean sudah mulai putus asa.
"Aku ga tau, Dean mo cari kemana lagi. Apa kita perlu menghubungi Ta2, Diaz, dan Ucha lagi?"
"Ok, besok kita ke kost-kostan itu lagi."
------------------------------------

Besok paginya, di motel sebelum Sam dan Dean berangkat ke kost-kostan bu Delima.
"Ayo, Sam kita ke kost bu Delima," ajak Dean.
"Bentar, Dean aku lagi mencari-cari informasi mengenai santet itu di internet," Sam terlihat sibuk memangku laptopnya dan dengan gesitnya mencari-cari informasi.
"Ya udah, kamu nyusul aja. Aku pergi duluan soalnya aku udah kangen nih sama cewek-cewek itu," ujar Dean tersenyum sambil mengambil kunci impala.
"Yach... Dean. Ntar aku naek apa ke sana?" rengek Sam.
"Aih, naek becak aja. Kan kost-kostannya ga jauh juga," jawab Dean sambil meninggalkan Sam yang manyun di depan laptopnya.
Beberapa menit kemudian, Sam mendapat informasi yang mengatakan bahwa sejak berdirinya kost-kostan bu Delima sudah terjadi 98 kali pembunuhan misterius termasuk pembunuhan Red dan Gadies. Semua pembunuhan itu, tidak ditemukan pembunuhnya.
Dan sejak berdirinya, hanya ada 2 penghuni tetap yang ngekost di sana sampai sekarang, yaitu Ucha dan Diaz. Hal itu terlihat dari setiap kali ada wawancara mengenai pembunuhan itu mereka selalu terlihat di foto-foto berita pembunuhan tersebut.
"Oh, no," ujar Sam yang baru menyadari siapa penyantet yang sebenarnya dan bergegas menghubungi ponsel Dean tapi ternyata ponsel Dean lagi dicas dan ditinggalkannya di motel. Sam pun bergegas menyusul Dean ke kost-kostan bu Delima.
------------------------------------

Setibanya Sam di kost bu Delima, kost-kostan itu terlihat sepi. Semua pintu tertutup rapat. Sam pun terpaksa mengelilingi kost-kostan itu untuk mencari celah masuk ke dalam. Kemudian Sam pun melihat sebuah jendela yang kurang tertutup rapat dan berusaha masuk ke dalam. Setelah Sam berhasil masuk, dia pun clingak-clinguk mencari Dean di kegelapan. Rupanya kedatangan Sam telah ditunggu-tunggu. Sam pun berhasil dilumpuhkan oleh seseorang yang memukul kepalanya dengan pemukul kasti dari belakang.
Saat Sam tersadar, dia melihat Dean berada di depannya terikat di kursi sambil mencoba membangunkannya.
"Welcome, brother," sapa Dean.
"Dean?"
Sam yang masih terlihat ling-lung menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mencoba memulihkan kesadarannya.
"Dean, apakah kau tau siapa penyantet yang sebenarnya?"
"Tentu saja aku tau. Mereka sudah memperkenalkan diri mereka padaku. Mereka adalah Ucha, Diaz, Ta2, dan bu Delima," jelas Dean.
Tak berapa lama kemudian, datanglah Ucha, Diaz, Ta2, dan bu Delima menyapa mereka dari balik pintu.
"Hi, my dear officer Jason," sapa Diaz dan Ucha yang mendekati Dean sambil mengelus dagu Dean dan menggodanya.
"Kalian sudah bangun rupanya. Selamat datang di dunia santet," kali ini bu Delima sebagai pimpinan mereka ikut menyapa Sam dan Dean.
"Kami tidak menyangka kalianlah dukun-dukun santet itu," ujar Sam.
Aksi Sam itu dibungkam oleh Ta2 yang mendekati Sam sambil membawa sebilah pisau dan mengelus-eluskannya di leher Sam, "ops, ck...ck...ck.... Kami lebih senang disebut witch daripada dukun, kurang keren."
"Ok. Sekarang apa mau kalian?" tanya Dean.
"Kami membutuhkan 2 orang lagi yang perlu dipersembahkan kepada Putri Kembang Dadar yang membuat wajah kami awet muda seperti ini. Tapi sayangnya kalian datang kepada kami pada saat yang tepat. Sebenernya kami sangat menyukai kalian tapi ini sudah deadline-nya dan kami belom menemukan orang yang mo ngekost di sini lagi," jawab Ucha masih sambil menggoda Dean.
"Ayo, anak-anak. Kita bawa mereka ke tempat persembahan. Kita harus mempersembahkan mereka tepat tengah hari," perintah bu Delima.
Lalu Ucha, Diaz, dan Ta2 menyeret Sam dan Dean yang masih terikat di kaki dan tangan mereka ke ruangan persembahan. Sesampainya di ruang persembahan, Sam dan Dean pun ditaruh di atas meja besar, "bruk..."
Bu Delima pun bersiap di depan meja kerjanya yang dipenuhi dengan bunga 7 rupa, menyan, dan sebaskom air. Tidak lupa juga keris pusaka warisan leluhur yang kira-kira berusia sekitar 15 abad. Ucha, Diaz, dan Ta2 bersiap-siap di tempat mereka masing-masing.
Mereka mengelilingi meja persembahan sambil memejamkan mata dan membaca mantra. Bu Delima terlihat sibuk membakar menyan dengan membaca mantra juga.
Sedangkan Sam dan Dean terlihat sibuk untuk melepaskan ikatan di kaki dan tangan mereka. Ikatan tangan Sam dan Dean pun terlepas. Melihat itu, Ucha, Diaz, dan Ta2 bergegas mencoba melumpuhkan Sam dan Dean supaya tidak kabur. Tapi ternyata ketiga wanita itu kewalahan dengan aksi Sam dan Dean. Mereka pun berhasil melepaskan ikatan kaki mereka. Tapi Ucha, Diaz, dan Ta2 pantang menyerah. Mereka mencoba melumpuhkan Sam dan Dean lagi tapi yang terjadi malah mereka yang dilumpuhkan oleh Sam dan Dean. Melihat situasi tersebut, bu Delima pun ikut membantu anak-anak didiknya. Dengan keris wasiat, bu Delima mencoba melumpuhkan Sam dan Dean.
Dengan kekuatan ilmu hitamnya, bu Delima bertarung habis-habisan dengan mereka berdua. Namun dengan kekompakan mereka, Sam dan Dean berhasil melumpuhkan bu Delima dengan membalikan ilmu hitamnya menggunakan cermin yang berada tidak jauh dari lokasi pertarungan. Diaz yang sekali lagi bangun, mencoba untuk menyerang Dean dari belakang tapi hal tersebut tidak menjadikan Dean kalah dalam pertarungan. Dean berhasil menusuk perut Diaz dengan keris wasiat dan berkata, "Sorry, lady. My name is not Jason but Dean."
Tengah hari pun sudah lewat. Di rumah bu Delima terjadi getaran seperti gempa bumi yang mulai meruntuhkan dinding-dinding dan atapnya. Rupanya Putri Kembang Dadar yang dipuja Diaz, Ucha, Ta2, dan bu Delima marah karena tumbal mereka belum dipersembahkan.
Lalu Sam dan Dean pun bergegas keluar dari bangunan yang akan roboh itu. Setelah mereka berhasil keluar, alhasil rumah itu pun langsung hancur berkeping-keping.
"Oh, Sam. Tampaknya ini perburuan supernatural yang sangat menarik," ujar Dean sambil ngos-ngosan.
"Ya, sangat menarik sampai membuat kita nyaris mati," jawab Sam yang juga masih ngos-ngosan.
Mereka pun meninggalkan kost-kostan yang sudah rata dengan tanah itu dan melaju ke tempat perburuan selanjutnya dengan impala mereka.
"Padahal aku sangat menyukai keempat wanita itu, kenapa harus mereka yang menjadi dalangnya?!" teriak Dean kesal dari dalam impala.
"Dean..."
THE END

Hunt City

LOKASI : Sebuah ladang milik seorang nenek-nenek konglomerat.
SITUASI : Malam hari yang mencekam tanpa bintang-bintang ataupun bulan yang bersinar dan terjadi perkelahian.

"Yaz, awas di belakangmu!" Teriak Ucha sambil sibuk untuk melumpuhkan serangan dari seorang nenek-nenek yang kerasukan. Diaz langsung berinisiatif untuk mengeluarkan jurus ampuhnya, "CIAA...AT" dan berhasil mengalahkan cucu si nenek yang ikut kerasukan dengan sebilah pisau yang dapat membunuh demon. "Hampir saja, Cha. Untung ada kamu," ujar Diaz sambil menghela nafas dan membersihkan pakaiannya yang kotor akibat bergulat dengan si cucu. Tapi pertarungan belum berakhir, sang nenek masih mencoba untuk melawan. Si nenek mengambil kayu yang terletak tidak jauh dari lokasi pertarungan.
Dan "Arggg...gh... Gedubrak...brak...brak."
Ucha yang hampir saja celaka, masih menutup matanya. Setelah Ucha membuka matanya, tampaklah seorang cowok ca’em menggunakan jaket kulit dan celana jeans tersenyum padanya sambil mengulurkan tangan untuk membantu Ucha berdiri. Sedangkan si nenek yang kerasukan sudah tidak berdaya lagi karena terkena air suci yang disiram oleh si cowok. Jelas Ucha langsung terperanjat dan terpesona melihat cowok itu sampe-sampe tanpa disadarinya mulutnya terbuka lebar.
"Hi, namaku Diaz," serobot Diaz mendahului kenalan dengan si cowok yang mengulurkan tangannya.
"Hi... namaku Dean. Nice to meet you two. And this is my little brother, Sam," si cowok yang rupanya bernama Dean itu memperkenalkan adiknya juga yang berada di belakangnya.
"Makasih yach, Dean. Namaku Ucha," ujar Ucha malu-malu.
"Ehm... sudah belum acara ramah-tamahnya? Sepertinya ada yang belum selesai kita kerjakan." Sam mencoba menyadarkan Dean, Ucha, dan Diaz bahwa nenek itu belum dibebaskan dari demon.
Setelah itu, Sam membuat evil trap yang digunakan untuk menjebak demon dan mengusir demon dari tubuh yang di-possessed-nya. Kemudian Sam mulai komat-kamit dengan mantra yang digunakan untuk mengembalikan demon ke neraka dan "Arrrggg...gh. Huf..." selesai sudah.

--------------------------------------------

"Kalian hunter juga?" tanya Sam sambil berjalan bersama Dean, Ucha, dan Diaz menuju mobil mereka. "Yo’i. Kalian... Winchester bersaudara kan? Kalian mo ngapain ke sini?" Tanya Ucha.
"Kok kalian tau kami ini Winchester’s?"
"Kalian itu kan hunter paling terkenal. Kami, para hunter sudah mendengar tentang kalian," jelas Diaz semangat.
"Kalian belum jawab pertanyaan aku, kenapa kalian bisa ada di sini?" tanya Ucha sekali lagi.
"Kami cuma numpang lewat dan iseng mampir aja," jawab Sam.
"Oooo... Ehm, kalian mo ikut kami?" tanya Diaz penuh harap.
"Hm, boleh. Memangnya kalian mo kemana?"
"Kami mo ke Roadhouse tempat berkumpulnya para hunter," jawab Ucha sambil membuka gagang pintu mobil kesayangannya yang berwarna kuning metalic dan bersiap-siap untuk masuk ke dalam.
Lalu Ucha masuk ke dalam mobil diikuti oleh Diaz yang duduk di sebelah kursi pengemudi, "kalian ikuti kami dari belakang yach?!"

--------------------------------------------

At Roadhouse,
"Hi, Cha. Sebelah sini," ujar seorang cewek memanggil Ucha di Roadhouse.
Ucha, Diaz, Dean, dan Sam langsung berjalan menghampiri meja cewek yang memanggil mereka.
"Hi, mLn. Gimana perburuan kalian hari ini?" Ucha bertanya sambil duduk di salah satu kursi yang kosong dekat meja mereka.
"Aku dan Delima menemukan seekor vampir di jalan tadi. Hampir saja dia menggigit Delima tapi untung saja aku jago berkelahi dan aku langsung memenggal kepalanya. Hiaaa...at. Tes. Putus deh lehernya," mLn, rupanya nama cewek yang memanggil mereka tadi, menceritakan pengalamannya dengan semangat dengan sedikit nada sombong.
Selain ada mLn dan pasangan hunternya Delima, di sana juga ada hunter yang lain, yaitu Gadies dan Lady, Silv dan Momod.
"Eh, siapa nih yang kalian bawa?" tanya mLn sambil menunjuk ke arah Dean dan Sam.
"Kalian ga mengenali mereka? Mereka itu Winchester bersaudara?!" jelas Diaz.
"Kamu pasti Sam yach?!" ujar mLn semangat.
"Dan kamu pasti Dean yach?!" sambung Silv pasti.
"Hi, Sam," sapa mLn dengan malu-malu.
"Nah, semua sudah berkumpul. Sekarang saatnya," sambung Delima serius.
"Ok. Ucha dan Diaz?"
Ucha mengeluarkan 9 gigi taring dari sakunya, "9..."
"Gadies dan Lady?"
Begitupun dengan Gadies, "8..."
"Silv dan Momod?"
"8..."
"Kalo aku sama mLn mendapat... 10 gigi," ujar Delima sambil tersenyum.
"Hahahaha... Kami menang," teriak mLn.
Dean dan Sam hanya terpelongok melihat mereka. "Eh, Dean. Mereka lagi ngapain sih?"
tanya Sam bingung sambil bisik-bisik.
"Ga tau. Lagi belajar berhitung kali?!" jawab Dean asal sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Mana uangnnya?" ujar mLn semangat.
Ucha, Diaz, Gadies, Lady, Silv dan Momod pun mengeluarkan uang dari dompetnya dan menaruhnya di meja dengan wajah kecewa.
"Crap. Kalo saja tidak ada Dean dan Sam tadi, kita bisa seri dengan mengambil gigi si nenek," gerutu Ucha pelan.
"Tapi kan kita jadi bisa ketemu ama Dean," ujar Diaz sambil memandang Dean dengan kagum dan senyum-senyum sendiri.
"Ehm... Dean, aku mo beli minuman dulu yach?!"
Sam beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri meja bartender.
"Mbak, saya pesen jus jeruk 1," Sam memesan segelas minuman pada seorang cewek yang menjadi bartender di Roadhouse.
"Eh, kamu Sam yach?" ujar sang bartender semangat.
Sam mengerutkan dahinya yang lebar "hm... iya."
"Aku Ta2. Aku penggemar kamu lho. Aku sudah dengar mengenai kisah Winchester bersaudara. Aku suka sekali karakter kamu yang pintar dan cool itu," ujar Ta2 dengan sedikit senyuman.
Sam sedikit menganggukan kepala dengan ekspresi bangga.
"Eh, Ta. Aku mo tanya, ada apa dengan hunter di sini yach? Kok mereka agak aneh gitu?"
Ta2 menyiapkan minuman yang dipesan oleh Sam sambil menjawab, "Aneh gimana?"
"Mereka...mereka seperti membuat semacam taruhan dengan sebanyakan... gigi gitu," sekali lagi Sam menjawab dengan mengerutkan dahinya.
Ta2 tersenyum, "itu sih memang sudah kebiasaan para hunter di sini. Dan menurut pengamatanku, itu sudah jadi tradisi untuk memicu para hunter agar memburu makhluk-makhluk supernatural lebih banyak lagi dan mengurangi jumlah demon dan vampir di muka bumi ini," jelasnya sambil memberikan minuman pesanan Sam.
"Jadi...gigi itu...gigi apa?"
"Itu gigi korban buruan mereka."
"Maksud kamu, orang yang dirasuki mereka basmi iblisnya dan mereka mengambil giginya?"
"Yach, lebih tepatnya orang yang dirasuki itu mereka langsung bunuh karena menurut mereka orang yang telah dirasuki demon itu sudah berubah menjadi jahat."
"Apa? Gila. Kok bisa-bisanya mereka berpikiran seperti itu yach?! Aku harus memberitahu Dean. Terima kasih yach atas informasi dan minumannya."
"Anytime," balas Ta2 dengan dengan senyuman.
Sam langsung kembali ke tempat Dean duduk dan berkata, "Dean, ada yang tidak beres dengan hunter di sini," ujar Sam sambil berbisik pada Dean yang sedang asyik merayu Diaz dan Ucha.
"Ah, apa-apaan sih kamu ini? Ga liat apa aku lagi sibuk nih."
"Dean, this is a serious trouble," Sam mencoba untuk menyadarkan Dean dari kebiasaannya.
"Ok-ok. Kita bicara lagi di motel. Nih, kunci impala. Kamu duluan gih, ntar aku nyusul.
Key?!" Dean langsung beranjak pergi dengan Diaz dan Ucha setelah memberikan kunci mobilnya pada Sam.
"Oh... Dean," rengek Sam.
Sementara itu, mLn mencoba untuk mendekati Sam, "hm... Sam. Kamu ga punya temen ngobrol yach? Aku temenin mau?"
"Eh, mLn. Aku mo ke motel dulu yach?! Mo istirahat. Hehehe..." Sam mencoba menghindari mLn dan langsung bergegas pergi.
--------------------------------------------

Pagi harinya, di motel tempat Dean dan Sam menginap...
Sam bangun dari tidurnya karena mendengar Dean membuka pintu kamar.
"Dean, kemana aja kamu tadi malem?"
Dean senyum-senyum,"I get some fun..."
"Oh... Dean," Sam langsung menutup matanya dengan bantal.
Sam langsung beranjak karena mengingat ada sesuatu yang harus dibahasnya ,"Dean, ada yang harus aku katakan padamu."
"Apa?" ujar Dean santai sambil membuka jaket kulitnya dan menaruhnya di atas ranjang.
"Dean, ada yang salah dengan cara hunter di sini berburu," ujar Sam sambil mendekati Dean.
"Ough...but i think... you must brush your thooth first." Dean merasa terganggu dengan nafas Sam yang belum sikat gigi soalnya semalem Sam kelupaan gosok gigi dan ketiduran gara-gara nungguin Dean pulang.
Sam langsung menutup mulutnya dan pergi ke kamar mandi, "ehm... okay. Sorry..."
Setelah Sam menggosok gigi dan mandi, "Oh...Dean!"
Sam melihat Dean tertidur pulas sebelum dia sempat bercerita.
--------------------------------------------
Malam harinya, di Roadhouse...
Dean sudah stand by bersama Ucha, Diaz, dan Delima di meja bar. Sedangkan Silv, Momod, dan mLn berada di meja yang lain.
Tampak Sam dari balik pintu masuk menghampiri Dean.
"Dean, obrolan kita belum selesai."
"Apaan sih? Entar aja di motel, malu kan sama cewek-cewek ini kamu merengek terus," ujar Dean sambil tersenyum.
"Huh..."
Sam langsung menuju ke meja bartender setelah dicuekin oleh Dean.
"Kenapa Sam? Kok mukamu kusut sekali?" Tanya Ta2, si bartender yang kemaren.
"Aku berusaha membicarakan masalah yang kemaren dengan Dean tapi dia asyik-asyikan bersama wanita-wanita itu," jawab Sam bete’.
Ta2 mencoba netral dengan tidak memihak kepada Sam dan para hunter di kota itu, "kenapa memangnya dengan masalah yang kemaren? Sepertinya ga ada masalah deh.
Wajar kan kalo hunter membunuh buruannya?!"
"Tapi mereka sungguh tidak berperikemanusiaan sekali. Seharusnya mereka tidak perlu membunuh orang yang possessed. Bagaimana kalo seandainya itu terjadi padamu? Apa kamu rela dibunuh cuma gara-gara kamu kerasukan? Seharusnya kan demon itu bisa diusir dengan menggunakan mantra pengusir roh jahat," jelas Sam tanda ketidaksetujuannya.
Tiba-tiba, mLn datang menghampiri Sam.
"Hi, Sam. Ngapain kamu di sini? Gabung aja sama kami di sana."
"Ga pa-pa. Aku lagi pengen pesen minum aja. Ta, aku pesen kayak yang kemaren yach?!" ujar Sam sambil mengalihkan pembicaraan pada Ta2.
"Aku juga deh, Ta. Pesen minuman yang sama," sambung mLn sambil duduk di samping Sam.
Ta2 segera membuatkan minuman yang dipesan oleh Sam dan mLn. Dengan kepiawaiannya, Ta2 membalikan dan melemparkan gelas bartender dan akhirnya jadilah minuman yang dipesan oleh Sam dan mLn.
"Ehm, mLn. Sudah berapa lama kamu menjadi hunter?" tanya Sam sambil mencicipi minumannya seteguk.
"Aku...kira-kira sudah 5 tahun. Semenjak Delima menyelamatkan aku dari seekor vampir yang ingin menggigitku dan ia mengajak aku untuk menjadi partnernya."
"Aku boleh nanya ga?" tanya Sam ragu.
"Boleh," jawab mLn ge’er karena dikira Sam akan menanyakan sesuatu yang personal kepadanya.
"Hm...kok kalian tega membunuh orang yang kerasukan? Bukannya diusir aja demonnya dan orang itu dibiarkan hidup?"
"Hm, maksud kamu? Itu sudah kebiasaan kami. Ga ada istilah tega-ga tega," jawab mLn kecewa karena ternyata Sam tidak bertanya sesuatu yang personal tentang dirinya.
"Ah, udah ah. Kamu nanya-nya aneh. Aku mo kembali ke meja Silv dan Momod aja."
mLn langsung beranjak pergi ke tempat Silv dan Momod bersemayam sambil membawa minuman yang dipesannya.
Setelah sampai di meja Silv dan Momod, mLn terlihat berbicara dengan Silv dan Momod sambil menatap Sam.
"Ehm... kenapa perasaan aku jadi ga enak gini yach?" ujar Sam sambil mengalihkan pandangannya ke Ta2.
"Kamu sudah bertindak keliru. Sekarang mereka merasa terancam gara-gara kamu bertanya seperti itu," jelas Ta2 sambil mengelap meja bartendernya.
"Kalo gitu, aku mo kembali ke motel aja deh. Tolong kamu kasih tau Dean nanti bahwa aku sudah pulang duluan," ujar Sam sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Ok."
--------------------------------------------
Di jalan menuju motel,
Sam berjalan sendirian di lorong sempit yang gelap. Dia lebih memilih jalan itu daripada jalan raya karena itu jalan pintas terdekat menuju ke motelnya.
"Waduh, kenapa aku milih jalan ini yach? Serem banget nih, apalagi aku jalan sendirian nih," kata Sam sambil clingak-clinguk ke belakangnya.
Tak berapa lama ia berjalan, Sam merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Setiap kali kakinya melangkah, selalu diikuti oleh suara langkah kaki yang lain.
Bulu kuduk Sam pun berdiri. Dia mengangkat kerah jaketnya menutupi lehernya dan berjalan lebih cepat. Lebih cepat, lebih cepat, lebih cepat lagi.
Namun, "Arrrggghhhh...."
--------------------------------------------
Pagi harinya, di motel...
Sam terlihat berada di ranjangnya.
"Sam!" panggil Dean yang baru pulang.
"Oh, my head...," keluh Sam sambil memegang kepalanya.
"Kau baru pulang, Dean?" sambung Sam.
Dean berusaha berbenah diri dan membuka jaketnya, "iya, semalam aku menemani 3 cewek cantik sekaligus. Kami sibuk ngobrol-ngobrol dan sedikit bersenang-senang di Roadhouse. Oh ya. Kemaren kenapa kau pulang duluan, Sam?"
"Hm... aku...aku lagi ga enak badan kali, jadi aku pulang duluan," jawab Sam ling-lung.
"Have you get some aspirin?"
"Sepertinya sudah...but i think i need more," ujar Sam sambil memukul-mukul kepalanya.
"Yach udah. Aku mandi dulu yach?!" Dean mengambil handuk dan langsung bergegas mandi.
"Ough...want happen to me?" Sam bertanya kepada dirinya dan mencoba mengingatingat apa yang terjadi padanya semalam.
--------------------------------------------

Malam harinya, di Roadhouse...
"Hi, Sam, Dean," sapa Ucha, Delima, Diaz, dan mLn.
"Ayo, duduk di sini!" ajak Silv sambil memberikan 2 buah kursi pada Sam dan Dean.
Sam dan Dean pun duduk di kursi yang ditawarkan oleh Silv.
"Kalian mo minum apa?" tanya Momod.
"Aku pesen jus jeruk aja," kata Sam.
"Kalo aku, susu segar aja," kata Dean.
Ucha, Diaz, dan Delima menatap heran pada Dean.
"What? Kita harus minum susu untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi," ujar Dean sambil tersenyum.
Lalu Momod menghampiri Ta2 untuk memesan minuman. Tak berapa lama kemudian Momod membawa minuman pesanan Sam dan Dean.
"Silakan..."
Sam dan Dean pun meminum minuman mereka tapi tiba-tiba, "Argh....."
Sam menjerit kesakitan dan keluar asap putih dari mulutnya.
"Sam! Dia kerasukan!" jerit mLn.
"Setiap minuman yang ada di sini selalu dicampur dengan air suci," ujar Momod.
"Kita harus membunuhnya. Siapa yang berhasil membunuhnya senilai dengan 5 gigi," kata Silv.
"Siapa yang berani menyentuh adikku akan berhadapan denganku."
Dean langsung berinisiatif membela Sam dan melindunginya di belakangnya.
Tiba-tiba Sam langsung berlari menuju pintu untuk keluar dari Roadhouse.
"Sam..." teriak Dean sambil berusaha menyusulnya diikuti oleh Ucha, Delima, Diaz, mLn, Silv, dan Momod.
--------------------------------------------

"Aaa..." Sam berteriak-teriak kesakitan sambil berlari menuju hutan.
"Sam! Sam!" Dean masih setia mengejar Sam dari belakang.
Sam terus saja berlari dan tiba-tiba Silv dan Momod telah berada di depan Sam. Sam pun terhenti dan jatuh terduduk.
"Sam, ini akan cepat jika kau tidak berusaha melawan," rayu Momod.
Tapi Dean dengan cepat membelakangi Sam dan berusaha melindunginya.
"Come on, guys. We don’t have to kill him. I will make evil trap and we can send the demon back to hell," bujuk Dean.
Tidak disangka Ucha, Diaz, Delima, dan mLn sudah berada di belakang Sam dan Dean.
"Oh, Sam. Kenapa harus kamu yang dirasuki?" ujar mLn kecewa.
"Ayo, kita bunuh Sam," teriak Ucha yang langsung berlari menuju Sam dengan membawa sebilah belati diikuti oleh Diaz, Delima, dan terakhir mLn.
Tiba-tiba muncullah Ta2 menarik Sam dan membawanya ke dalam hutan.
Dengan segera Ucha, Diaz, Delima, mLn, Silv, Momod, dan Dean mengejar Ta2 dan Sam ke dalam hutan.
Setelah lama mengejar, mereka tidak berhasil menemukan Ta2 dan Sam.
"Crap. Kemana sih mereka?" ujar Silv.
Mereka pun kembali dan berhenti mengejar. Dean yang tertinggal menatap ke seluruh penjuru hutan dan mukanya terlihat cemas. Setelah itu, dia pun kembali ke motel berharap Sam telah kembali menunggunya di motel.
--------------------------------------------

Sementara itu, Sam dan Ta2 ternyata bersembunyi di sebuah gubuk tua di tengah hutan.
Ta2 membuat evil trap dan menaruh Sam di tengah-tengahnya untuk mengusir demon yang merasuki Sam. Kemudian Ta2 pun komat-kamit baca mantra pengusir roh jahat dan "huu...uf," dan iblis pun kembali ke neraka.
Tampak Sam sedang tak sadarkan diri dan Ta2 pun mencoba menyadarkannya.
"Sam! Sam!" panggil Ta2 dengan memukul-mukul lembut pipi Sam.
"Em...em..." Tampak Sam mulai sadar.
"Aku ada dimana nih?" tanya Sam bingung.
"Kamu tadi mo dibunuh sama Ucha, Diaz, Delima, mLn, Silv, dan Momod karena kamu kerasukan," jelas Ta2.
"Oh.... Dean mana?" Sam masih terlihat pusing dan ling-lung.
"Dean sepertinya kembali ke motel, tempat kalian menginap. Sebaiknya kau dan Dean cepat-cepat pergi dari kota ini sebelum bertemu dengan para hunter itu," saran Ta2 sambil clingak-clinguk di jendela yang buram karena sudah lama tidak dibersihkan (namanya aja rumah tua, red).
Setelah itu, Sam menyusul Dean ke motel dengan diam-diam supaya tidak diketahui oleh para hunter setempat.
"Dean!" panggil Sam dengan berbisik supaya tidak menyebabkan keributan.
Dean yang sedang menunggu Sam dengan harap-harap cemas di dalam kamar pun menoleh. "Sam..."
Suasana yang mengharukan pun terjadi. Dean memeluk dengan erat adik kesayangannya itu dan Sam pun membalasnya. "Cup...cup...Dean. Jangan nangis donk, aku kan belum koit," canda Sam.
Dean pun bergegas melepaskan pelukannya pada Sam, "siapa yang nangis? Aku kan cuma khawatir aja kamu pergi kemana, ntar kalo ga ada kamu siapa lagi yang mo aku suruh-suruh."
"Ngaku aja, Dean."
"Sudah-sudah. Ayo, cepat kita tinggalkan kota ini. Nanti kamu bisa-bisa ketemu sama para hunter itu dan dijadikan korban buruan lagi," ujar Dean sambil mulai berbenah-benah.
"Huh...Sebenernya aku berat sih meninggalkan kota ini. Apalagi meninggalkan 3 cewek cantik, yaitu Ucha, Diaz, dan Delima. Aku sudah kesemsem berat sama mereka," sambung Dean dengan menghela nafas.
"Sudahlah, Dean. Nanti aku kenalin sama demon yang cantik, mo ga?" canda Sam.
"Loe aja kali, gue ga..."
Setelah selesai berbenah mereka langsung bergegas pergi dari kota itu. Mereka pun meluncur dengan cepat bersama impala mereka menuju ke tempat lain yang membutuhkan mereka.
TAMAT

Thursday, October 30, 2008

Yudisium teman, goban, perjalanan mencari printer warna

Wah, sepertinya hari ini banyak sekali kejadian di kesibukkan hari-hariku.
Hari ini adalah hari yudisium teman-temanku.
Jikalau aku lulus di sidang kemaren, pasti aku ikut yudisium bersama mereka hari ini. Aku ucapkan selamat kepada teman-temanku yang telah mendahuluiku mendapatkan gelar sarjana teknik. Tapi tak apa, sobat aku akan segera menyusul kalian ;)
Selain itu, hari ini adalah hari kesialanku.
Pasalnya seperti ini. Bosku memberikan uang untuk disetor ke rekening lain. Setelah aku menerimanya, aku menghitung uang tersebut dan hasilnya pas. Namun setelah kubawa ke bank untuk disetor ternyata kurang selembar uang Rp 50rb. Waduh, pusing tujuh keliling.
Kemana kira-kira hilangnya uang itu. Masa' sih bisa hilang selembar padahal aku telah menghitung dan hasilnya pas?! Apalagi uang itu baru saja diambil bosku di bank, mana mungkin bisa kurang selembar?! Dengan terpaksa akhirnya aku harus mengganti uang itu dengan uang pribadiku.
Huhuuhu...
"Wahai, goban. Di manakah engkau? Kenapa engkau tega meninggalkan kumpulan teman-teman gobanmu yang lain?"
Huhuhuhuhuhu....
Setelah mengalami masa-masa pahit itu, aku pun harus mencari printer yang bisa mengprint warna. Ini soal kerjaan di kantor. Di kantor juga ga ada printer warna, yang ada cuma laserjet B/W. Sudah dari kemaren aku mencarinya. Di percetakan Serelo ada tapi dia ga bisa membuka program Adobe Reader, karena filenya dalam format pdf. Di rental-rental yang lain ga bisa ngprint warna lah, ga ada antivirus lah. Wadoeh-wadoeh ternyata susah juga mencari tempat untuk ngprint warna. Di rumahku juga lagi kehabisan tinta warna.
Akhirnya pada hari ini kutemukan juga rental yang dapat mencetak file warna. Kucari tempat itu bersama sepupuku, Theng2, ce2nya Hung2 yang sebelumnya pernah aku ceritakan di sini.
Kami mengelilingi sekitaran Triguna. Akhirnya ketemu juga warnet Palembang.net setelah kami kunjungi warnet Triagung yang mengatakan tidak ada tinta warna. Di Palembang. net ini akhirnya aku mengeprint file tersebut. Padahal file yang mo diprint cuma 1 ngprintnya penuh perjuangan yang minta ampun.
Tapi huh... lega juga setelah tugasku selesai.
Memang hidup ini penuh pengorbanan ;)

Friday, October 24, 2008

Supernatural Begins

"Tu...wa..ga..pat.."
"This is disco lazy time... I want you i need you..."
Begitulah asyiknya sekumpulan anak band yang menamakan diri mereka 3DIUS, memainkan lagu Disco Lazy Time dari Nidji saat latihan band di kampus mereka.
"Eh, Dean. Kok suara loe hari ini ga enak banget didengernya. Loe abis makan kerupuk 10 bungkus yach?" potong Diaz, si keyboardnis 3DIUS sambil menghentikan permainan keyboardnya.
"Sori temen-temen. Semalem gue tidurnya kemaleman jadi suara gue agak serek-serek kering gitu," bela Dean, sang vokalis 3DIUS.
"Kenapa kemaleman? Gara-gara test bahasa inggris hari ini yach, jadi loe lembur belajar?" tanya Delima, sang bassis sambil mengerutkan dahinya.
"Hehehe... Ga. Gue semalem abis dugem. Jadi pulang pagi gitu," ujar Dean sambil nyengir kuda.
"Ye... dugem melulu loe," sahut Silv, sang gitaris 3DIUS.
"Yach, udah untuk hari ini sampe di sini dulu aja deh latihan kita. Gue juga ada urusan pribadi yang penting yang mesti gue selesain. Key?! See you, guys," kata Ucha, sang drumer sambil beranjak dari tempat duduknya dan mengambil tas ranselnya kemudian langsung pergi dengan tergesa-gesa sampe nyandung di kabel gitar Silv.
"Duh, Cha. Makanya hati-hati donk?! Buru-buru amat, emang mo kemana sih?" Tanya Silv.
"Duh, kabel loe nih ga punya mata apa, kok bisa-bisanya bikin gue ampir jatoh. Dasar sial!" Ujar Ucha sambil pergi dengan wajah yang bringasan.
"Eh, Ucha kenapa sih? Akhir-akhir ini kok dia jadi temperamen gitu yach?" Tanya Delima sambil mengerutkan dahinya lagi.
"Lagi M kali?!" ceplos Dean sambil mencibirkan bibirnya.
"Males maksud loe?" Tanya Diaz.
"Atau Marah?" Sambung Delima.
"Maybe...," jawab Dean, sekali lagi dengan mencibirkan bibirnya makin ke bawah.
"Eh, temen-temen. Yang lebih anehnya lagi kenapa akhir-akhir ini penampilan Ucha berubah. Sekarang doi doyan banget pake kaca mata hitam. Memangnya di ruangan kita ini terlalu silau yach?" Sambung Silv.
"Kayaknya hal ini perlu kita selidiki nih," ujar Silv lagi sambil mengelus-elus dagunya yang penuh dengan bulu-bulu halus yang agak kruel-kruel soalnya udah 3 hari Silv ga cukur jenggotnya.

#########################

Sementara itu, di ruangan pertemuan klub IT kampus.
"Bagaimana perkembangan alat pendeteksi super canggih yang sedang kita kerjakan?"
Tanya Sam, sang ketua klub.
"Begini Sam, alat itu sudah hampir sempurna. Kita tinggal mencari satu komponen pelengkapnya yang sampai saat ini belum kami temukan," jawab Lady, anggota klub.
"Komponen apa yang belom ada? Sepertinya semua komponen sudah lengkap dan kalian tinggal merakitnya," ujar Sam sambil mengerutkan dahinya.
"Sampel dari yang dideteksi. Kalau sampel tersebut tidak ada, bagaimana kita tau kalo alat ini berfungsi," cetus Gadies, salah satu anggota klub.
"Oh, itu. Gue kirain apaan," ujar Ta2, sekretaris klub.
Tiba-tiba pak Bobby, dosen pendamping klub ikut angkat bicara, "untuk masalah itu, kita harus benar-benar hati-hati karena objek yang dideteksi bukan objek sembarangan. Kita tidak mungkin mendapatkannya dengan pasti. Kita hanya bisa menunggu..."
Sebelum pak Bobby selesai berbicara, tiba-tiba alat tersebut berbunyi.
"Ini dia si kucing garong..."
"Sudah gue bilang, kita jangan pake lagu ini sebagai alarm. Berisik tau," teriak Ta2 sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya.
Lain halnya dengan Lady, eh dia malah joged ngebor saat mendengarkan lagu ini.
"Eh, temen-temen. Kenapa tiba-tiba alat ini berfungsi?" Tanya Sam bingung.
Gadies langsung berinisiatif untuk membuka pintu ruang pertemuan dan melongokan kepalanya keluar sambil tengok kanan, tengok kiri. Ternyata dari sebelah kiri dilihatnya Ucha lewat di depan ruangan mereka.
"Eh, ternyata Ucha yang lewat tadi. Mungkin Ucha yang menyebabkan alarm alat ini berbunyi," cetus Gadies.
"Apa? Apa itu bener?" Tanya Ta2 tak percaya sambil ikut-ikutan melongokan kepalanya keluar. Dan dilihatnya ternyata memang benar Ucha yang tampak dari belakang ada di lorong depan ruangan pertemuan klub dan sosoknya semakin lama semakin mengecil dan buru-buru menghilang.
"Eh, bener...bener. Si Ucha..."
"Kalo gitu, si Ucha adalah..." Sam berkata sambil mengangguk-anggukan kepalanya dengan tampang mengerti.
"Tidak mungkin. Masa’ Ucha..." sambung Lady dengan mata berkaca-kaca.
"Kita harus selidiki hal ini," cetus Ta2.
"I have an idea. Untuk langkah pertama, gue akan berusaha mengorek informasi mengenai Ucha dari kakak gue, Dean. Dia kan satu grup band sama Ucha," ujar Sam pasti.
"Kids, u must be carefull with this. Okay?!" sambung pak Bobby sambil memberikan nasehat.
"Ok, pak. Tenang aja," sahut Ta2.

########################

At the Winchester’s house, night time...
"Dean," panggil Sam.
"Apaan?" sahut Dean sambil asyik memainkan PS3-nya.
"Dean, menurut loe... Ucha itu... orangnya kayak gimana sih?"
"Ucha...Ucha...dia orangnya lucu, pinter, walaupun kadang-kadang suka narcis gitu n nyebelin soalnya suka ngambil jatah makan siang gue. Loe tau kan gue itu kalo makannya banyak, tapi jatah makan siang di kantin itu dikit banget. Udah dikit eh, suka diembat Ucha lagi. Dan..."
"Dean! Gue tau loe makannya banyak, ga usah diceritain juga gue tau. But now, yang gue tanya ini Ucha. Not you."
"Iye, iye. Kenapa sih loe nanya-nanya Ucha? Loe suka sama dia yach?" goda Dean.
"Enak aja, gue udah punya gebetan tau. Tuh si Ta2 imoet, sekretaris gue (ngarep kali ., red)," jawab Sam sambil senyum-senyum.
"Trus ngapain loe nanya-nanya Ucha?" tanya Dean masih sambil sibuk maen PS.
"Loe ngrasa ada yang aneh ga sih akhir-akhir ini sama Ucha?"
"Yach, game over dah. Gara-gara loe sih, nanya melulu. Apaan sih?"
"Dean, this is a very important thing. It’s about your friend. Baru-baru ini kan gue n temen-temen IT gue punya proyek buat alat pendeteksi super canggih. Nah, alat ini berfungsi pada saat Ucha lewat di depan ruang pertemuan kami. Dari situlah kami mengambil kesimpulan bahwa..."
"Memang sih, akhir-akhir ini si Ucha tuh agak rada-rada aneh. Pas latihan band, ogah-ogahan terus temperamen tinggi lagi," sambung Dean sambil memutar otaknya untuk mencoba mengingat-ingat lagi.
Tiba-tiba handphone Dean berbunyi dengan ringtone khasnya. Lalu Dean cepat-cepat mengambil handphone dan menjawabnya.
"Halo, kediaman keluarga Winchester. Selamat malam ada yang bisa diganggu eh, dibantu?" ujar Dean dengan nada resepsionis.
"Halo, Dean. Ini gue, Silv. Gue sekarang lagi ngbuntutin Ucha. Gue lagi di diskotik Roadhouse, loe cepetan ke sini yach, penting nih?!"
"Oke, oke. Loe diem aja di tempat gue segera meluncur ke situ."
Dengan tergesa-gesa Dean mengambil kunci impalanya dan bergegas untuk pergi.
"Dean, gue ikut," ujar Sam sambil bergegas mengikuti Dean.

#######################

"Halo, Ta2. Ini gue, Sam. Tolong loe kumpulin anak-anak IT di diskotik Roadhouse.
Suruh Lady bawa juga alat pendeteksi super canggih kita, key?! Sekarang!"

#######################

At Roadhouse,
"Bang, sms siapa ini bang. Bang, pesannya kok pake sayang, sayang. Bang..."
Lagu sms menyambut Sam dan Dean saat memasuki diskotik Roadhouse.
"Silv! Silv!"
"Loe lagi ngapain, Dean?" tanya Sam.
"Gue lagi nyari Silv," jawab Dean polos.
"Loe tau kan ini diskotik?"
"Yaelayalah, gue tau. Gue kan sering ke sini. So?"
"Dean, loe pikir suara loe bakal kedengeran sama Silv?"
"Hehehe... Ga," jawab Dean sambil nyengir.
"Dasar you, you ga bisa diajak becanda you. Joking, joking dikit napa," gerutu Dean.
"Hm...ya udah. Gini aja, loe cari Silv di sebelah sono gue di sebelah sini. Ok?! Ntar kalo udah ketemu loe hubungi gue yach?!" cetus Sam.
"Ok"
Dean dan Sam langsung berpencar untuk mencari Silv.
Setelah 15 menit mengelilingi diskotik untuk mencari Silv, akhirnya Sam menemukannya. But wait a minute, "lho kok Silv sama Dean lagi joged-joged sama cewek-cewek bar?" tanya Sam dalam hati.
"Seharusnya gue bisa nebak kalo hal ini bakalan terjadi," ujar Sam dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghela nafas.
"Sam!" panggil Ta2 dari belakang.
"Eh, kalian udah nyampe. Bentar yach gue panggil Dean dulu."
Sam menuju ke arah Dean dan Silv, kemudian menarik mereka ke arah Ta2, Gadies, dan Lady.
"Wah, loe dapat cewek bar juga. Tumben loe gesit," ujar Dean asal.
"Enak aja. Ini temen-temen IT gue. Kenalin ini Ta2, Gadies, Lady," jawab Sam sambil menunjuk tim IT-nya satu persatu.
"Ok. Lady loe bawa alat pendeteksi itu kan?" tanya Sam.
"Ini, gue bawa," jawab Lady sambil menyodorkan alat pendeteksi itu pada Sam.
"Silv, bisa tolong loe ceritain apa yang sebenernya terjadi dengan Ucha," kata Dean dengan tampang serius.
"Tadi gue liat dia lagi sama temen-temennya. Gue ga tau sapa mereka. Mereka mencurigakan sekali. Semuanya menggunakan kaca mata hitam dan berpakaian serba hitam dengan pakaian dalam juga hitam," jelas Silv.
"Lho kok sampe ke dalaman juga sih?" tanya Gadies bingung.
"Tadi gue ngintip salah satu cewek berambut pirang yang menggunakan rok mini. Cewek itu salah satu temen ga jelasnya Ucha."
"Hu... dasar loe. Di saat genting kayak gini, tetep aja..." ujar Dean yang kali ini mencoba untuk serius sambil melirik Sam, takut kena sembur lagi.
"Mereka ada berapa orang semuanya?" lanjut Dean.
"Hm... kira-kira ada 2 cewek termasuk Ucha dan 3 cowok yang badannya kekar semua bo’," jawab Silv.
"Mereka sekarang ada di mana?" tanya Sam.
"Tadi gue liat mereka ke gudang belakang," jawab Silv sambil menunjuk ke arah pintu belakang.
"Ok, kalo gitu kita langsung susul aja," ajak Dean.
Mereka ber-6 akhirnya menuju ke gudang belakang Roadhouse untuk mengintai Ucha dan teman-temannya. Kira-kira apa yang akan terjadi di sana?
##########################

"Dean, kayaknya kita ga mungkin masuk dengan tangan kosong. Gimana kalo kita bawa beberapa peralatan yang mungkin kita butuhkan kalo terjadi sesuatu?" tanya Sam.
"Bener juga loe Sam. Apalagi tadi Silv bilang temen-temen ga jelasnya Ucha badannya kekar semua," jawab Dean.
"Kalo gitu kita ke mobil gue dulu aja. Di bagasi gue ada beberapa peralatan yang mungkin bisa kita gunakan," cetus Dean.
"Silv, kalian duluan aja. Gue ama Dean mo ke mobil dulu. Ada yang ketinggalan. Ta, ini alat pendeteksi super canggihnya. Kalo misalnya alat pendeteksinya aktif, berarti kalian harus hati-hati. Ucha berada di sekitar kalian," ujar Sam sambil memberikan alat pendeteksi super canggih pada Ta2.
"Ok, deh. Kami duluan yach?! Jangan lama-lama, Sam!"
#############################

"Dean, emangnya ada apa aja di bagasi mobil loe?"
"Kita liat aja nanti, banyak kok peralatan gue."
Sesampainya di mobil,
"Oh, my God. Loe nyimpen semua barang ini di bagasi loe?" ujar Sam sambil mencoba melihat-lihat barang-barang rongsokan yang disimpen Dean di bagasinya.
"Ini bagasi apa gudang?"
"Diem loe. Untung aja barang-barang ini ga gue buang. Khan sekarang bisa berguna. Cari sana barang yang menurut loe pas untuk aksi kita," jawab Dean sambil mencoba memilah-milah juga.
"Apa ini? Hairdrier mommy? Cukur jenggot daddy? Oh no... my boots. Untuk apa sih loe umpetin barang-barang ini di sini?" protes Sam.
"Sebenernya barang-barang ini gue pinjem tapi lupa ngembaliinnya," aku Dean sambil senyum-senyum.
"And what is this? Daddy’s diary?" tanya Sam ga percaya sambil mengambil sebuah buku tua dengan sampul berwarna coklat tua.
"Kalo yang ini iseng aja gue baca-baca diari bokap," ujar Dean sambil nyengir.
"Eh, tapi ada yang aneh sama diari ini lho. Masa’ isinya tentang hal-hal gaib?!"
"Maksud loe?" tanya Sam bingung.
"Lihat ini. ‘There are many kind of demons...’," ujar Dean sambil membuka lembaran buku diari yang dipegang oleh Sam.
"’characteristic of possessed people : grumpy, don’t want to playing band, like to wear glasses everywhere,,...’ Nah, Ucha banget nih," ujar Sam sambil melanjutkan membaca buku diari yang dipegangnya.
"Iya, nih. Ada lagi...’the demons very scare with light, sold, and holy water’. Kita harus bawa garam sama air suci nih supaya Ucha kembali seperti semula. Dimana kita bisa dapet garam sama air suci yach?" tanya Dean.
"Hm, gue tau. Ayo cepetan ikut gue," ujar Sam sambil masuk ke mobil lalu diikuti oleh Dean.
"Mo kemana loe?"
"Kalo garam beli aja di warung. Ada warung kok deket-deket sini. Gue sering disuruh mommy ke warung beli bumbu dapur," jelas Sam.
"Trus kalo air suci?"
"Ambil aja di gereja, khan banyak," jelas Sam sekali lagi.

#############################

"Sekarang garam sama air suci sudah ada tinggal menuju ke lokasi perburuan. Eh, kita kayak hunter aja yach?!" ujar Dean.
"Cepetan, kasian Silv, Ta2, Lady, n Gadies udah lama nungguin," ujar Sam.
Lalu Dean menambah kecepatan mobilnya dan akhirnya sampai juga mereka di gudang belakang Roadhouse.
Sesampainya di gudang,
"Dean, kok gudangnya sepi banget yach? Mana Silv, Ta2, Lady, n Gadies?" kata Sam sambil berjalan mendekati salah satu jendela gudang itu untuk mengintip.
"Iya nih pada kemana semuanya?" tambah Dean.
"Eh, copot-copot..." latah Dean karena terkejut ada seseorang yang memegang bahunya dari belakang.
"Dean, ini gue Silv. Loe kok lama banget sih datengnya?" tanya Silv dengan nada datar.
"Eh, loe. Ngagetin gue aja sih. Mana yang laen?" tanggap Dean sambil melongokan kepalanya ke belakang Silv.
"Mereka lagi ada di dalam, kita nyusul aja ke dalam," jawab Silv.
"Eh, Silv. Kayaknya loe lagi haus deh. Nih, tadi gue ada beli Pocari Sweat (bukan bermaksud promosi lho, red) di warung. Minum deh," ujar Sam sambil menyodorkan sebotol Pocari Sweat.
"Thank’s yach?!" ujar Silv sambil mengambil botol itu dari tangan Sam.
Setelah Silv meminum Pocari Sweat itu, Silv langsung terlihat kesakitan dan semua tubuhnya berasap, "Aarrrgghhhhh....."
Tak lama kemudian, keluar segumpal asap hitam dari mulut Silv dan Silv pun langsung tergeletak di tanah dan tak sadarkan diri.
"Sam, apa yang loe lakuin? Loe ngracunin Silv yach?" ujar Dean panik.
"Dean, he’s possessed by a demon. Loe ga liat tingkah lakunya aneh banget? Untung gue bawa Pocari Sweat, di sini kan ada NaCl-nya," jelas Sam.
"Oh, gitu yach."
"Mulai saat ini kita harus hati-hati nih."
Dean dan Sam pun mulai memasuki gudang itu dengan langkah yang hati-hati serta berbekalkan garam, air suci, dan senter. Tak berapa lama kemudian, muncul Ta2, Lady, n Gadies dari balik tiang kayu yang merupakan salah satu pilar gedung itu. Dengan tidak basa-basi lagi, mereka mencoba untuk menyerang Sam dan Dean. Untungnya Sam dan Dean sudah bersiap-siap dengan perkakas tempurnya. Mereka pun menyiramkan air suci ke arah 3 dara itu, kemudian, "Braak...," mereka langsung K.O.
Serangan tersebut disusul oleh 3 orang laki-laki temen ga jelasnya Ucha. Dean dan Sam hampir kewalahan karena mereka kalah jumlah tapi untung saja Dean dan Sam cukup gesit karena mereka rajin fitnes, lalu mereka memasukkan garam ke dalam mulut 3 laki-laki itu dan menyiramnya dengan air suci. Otomatis, iblis itu langsung ngacir dan meninggalkan tubuh 3 laki-laki kekar itu.
"Huh, Dean that’s almost...," ujar Sam sambil ngos-ngosan.
"Mana Ucha dan temen cewek rambut pirangnya itu, yach?" tanya Dean sambil ngos-ngosan juga.
"I’m here Dean," jawab Ucha sambil nongol dari balik tiang bersama dengan teman pirangnya.
"Oh, loe di situ, Cha. Gue cariin kemana-mana."
Setelah percakapan singkat, Ucha langsung menyerang Dean dan si pirang menyerang Sam. Terjadi perkelahian yang sangat seru. Ucha membanting Dean ke lantai disusul dengan Sam. Sepertinya Ucha dan si pirang lebih ganas dan kuat daripada 3 cowok kekar tadi. Sam dan Dean tampak lebih kewalahan. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, Ta2 n Lady mengambil air suci dan garam yang terjatuh dari tangan Sam dan Dean. Ta2 dan Lady langsung membasahi tubuh Ucha dan si pirang dengan air suci dan juga menghamburkan garam ke badan mereka. Langsung Ucha dan si pirang kesakitan dan keluarlah gumpalan asap hitam nan tebal dari mulut mereka.
"Huh, Thank’s Ta," ujar Sam sambil menghela napas dan mencoba untuk berdiri.
"Wow, that’s pretty enthuastic fight. I must try this everyweek," ujar Dean masih berbaring di lantai.

########################

Pagi harinya setelah kejadian,
"Ada yang liat cukuranku?" teriak ayah Dean dan Sam dari kamar mandi.
--------------------------- THE END ---------------------------

SNFF

Kami para fans Supernatural di forum Trans7 pernah ada kegiatan asyik yaitu mengarang bebas Supernatural Fans Fiction (SNFF).
Peraturannya, kami bebas membuat isi cerita dari fiksi tersebut dan juga bebas memasukkan nama kami sebagai pemainnya asalkan masih ada sangkut-pautnya sama film Supernatural dan tentunya harus ada Sam dan Deannya donk ^_^
Asyik kan?!

Aku juga pernah mengarang 3 buah SNFF.
Nanti akan kuposting di sini.
SNFF ku yang pertama berjudul "Supernatural Begins", yang kedua "Hunt City", dan yang ketiga "Santet Si Kuntet".
Selebihnya aku belum sempet buat SNFF lagi tapi nanti pengen buat lagi sih.

Dibaca dan dikasih komentar yach?! ^_^

Friday nih...

Aduh, kok rasanya 1 minggu ini lama sekali yach?!
Hari-hari kulewati dengan kebosanan.
Rasanya pengen cepet-cepet ganti minggu nih.
Apa karena 1 minggu ini ga ada yang spesial ato karena dalam minggu ini aq lagi boke' jadi ga bisa shopping deh?! Hehehehe...

Kemaren sudah 2 hari kutunggu film Heroes tayang di Trans7 ternyata Trans7 tidak menayangkannya. Padahal saat terakhir kali kutonton tuh film lagi seru-serunya, Peter Petreli lagi diserang oleh Sylar. Sebel!!!!!!
Semoga aja hari ini tayang lagi...

Aku udah bosen nih sama pekerjaan yang kulakonin sekarang tapi untung minggu depan udah selesai kontraknya. Oh, yach. Aku belum cerita yach mengenai pekerjaanku yang menggantikan sekretaris alias asistennya om-ku di kantornya. Kontraknya sih 3 bulan. Nah, minggu depan abis kontrak deh. Sebenernya sayang juga, gajinya lumayan gede. Hehehe...
Tapi lingkungan dan kondisi kerjanya bikin stres. Menurut aku nih, para pegawai di sini sok pinter semua. Yach namanya kita ini masih baru orang nanya malah diketawain atau malah dimarah-marahin. Coba pikirkan betapa tersinggungnya aku. Sebenernya ga semuanya sih ada sekitar 1 atau 2 orang. Tapi yang paling nyebelin ada 1 orang. Mana kerjaannya merangkap lagi, jadi kayaknya memori harddisk dan RAM otak aku ini kurang gede deh untuk menampung dan memproses itu semua. Huuuuhh....
Lalu setelah selesai dengan kerjaan ini jadi bingung nih mo nglamar di mana lagi.
Emang iya sih aku masih belum selesai dengan skripsiku, ini hanya untuk mengisi waktu kosongku selagi menunggu sidang di bulan Januari. Daripada aku berdiam diri di rumah tidak menghasilkan apa-apa, mana sekarang ekonomi keluargaku lagi sulit lagi. Aku sebagai anggota keluarga setidaknya harus dapat membantu. Ya toh?! ;)

Tuesday, October 21, 2008

Pengen...

Beberapa hari yang lalu aku membaca sebuah artikel di majalah Aneka Yess mengenai gadget-gadget internet sekarang ini. Dari berbagai jenis gadget tersebut, aku paling suka sama yang namanya Mylo dan Sidekick.

Wah, jadi pengen nih ^_^
Sapa yach, yang mo ngasih??? ;)
Nih, aku ulas sedikit mengenai si mylo dan sidekick.

Sony Mylo: My Life Online

San Diego, 7 Agustus. Sony kembali menunjukkan bagaimana seharusnya sebuah perangkat personal communication dibuat. Awal Agustus lalu mereka merilis Sony Mylo, sebuah handheld mini untuk komunikasi dengan memanfaatkan jaringan broadband wireless. Produk ini di desain untuk mereka yang sering memanfaatkan instant messaging.
Sesuai namanya, Mylo, atau “my life online” memungkinkan pengguna memakai aplikasi instant messaging, browsing Internet, mendengarkan musik, mengirim e-mail dan melihat koleksi foto. Sistem komunikasinya memanfaatkan jaringan WiFi 802.11b yang sudah tersebar dan mudah ditemukan, kecuali di Indonesia tentunya. Ukuran Mylo yang compact membuatnya mudah dimasukkan ke saku. Layar warnanya berukuran 2.4 inci (diagonal) dan dilengkapi slide keyboard QWERTY yang nyaman digunakan.Seperti PSP, Sony merilis Mylo dalam 2 warna: Hitam dan putih.

Produsen telah memasukan sejumlah program intant messaging populer seperti Google Talk, Skype dan Yahoo! Messenger. Sedangkan HTML browser-nya mampu menayangkan halaman web penuh. Selain itu, layanan e-mail gratis seperti Yahoo! Mail dan Gmail bisa diakses dengan cepat.
Bagaimana dengan kapasitas memorinya? Mylo memiliki 1 GB Flash memory. Selain untuk menyimpan data, format musik MP3, ATRAC ataupun WMA (secure and unsecure) bisa disimpan dan dinikmati di perjalanan. Untuk video, format yang didukungnya adalah MPEG-4, sama seperti Sony PSP. Kapasitas statik tersebut didukung pula dengan slot Memory Stick Duo. Semua transfer data dapat dilakukan lewat kabel USB.
Dengan baterai lithium-ion, Sony Mylo diklaim mampu bertahan selama 45 jam memainkan musik, sekitar 7 jam surfing dan chatting atau setara dengan 3 jam komunikasi langsung lewat Skype.
Paket penjualannya termasuk microphone, stereo headphone, kabel USB dan case neoprene. Buat Anda yang sudah tak sabar lagi ingin memilikinya, tampaknya harus bersabar hingga bulan September, dimana perangkat ini akan mulai tersedia di pasaran. Sony mematok harga US$300.


Untuk yang sidekick, aku kesulitan nih untuk mendapatkan artikelnya dalam bahasa indonesia jadi yang bahasa inggris aja y?! ^_^

Motorola Sidekick Slide is an innovative mobile handset which comes with a compact frame & a unique slide up screen. Depending upon your network service provider GSM 850/900/1800/1900 network is covered by this gadget. The LCD display supports more than 65,000 colors in high resolution to give you the joy of excellent video quality. The gadget incorporates a 1 mega pixel camera to let you capture the fun around.
If you enjoy playing games, the Sidekick comes with full support for gaming. The music player integrated in this phone provides you with continuous fun via the music of your choice. The playback quality offered by the Sidekick is simply superb! The formats supported by the media player include, and MP3. Multimedia messaging is a fun that you can easily capture with this stylish and feature rich gadget. Capture some memorable event around with the built in camera and just send it to your close ones via the MMS.


The gadget also includes the IM clients namely Windows Live Messenger, Yahoo, and AOL. Up to ten conversations are allowed at one time. The gadget automatically saves the data of conversation in case the network connection is broken in between the chat. Features such as the alarm (which helps you schedule the important events in life with the alarm ringing at the scheduled date & time), calendar & to-do list keep you organized all the time. You can send text messages and emails to others. The gadget provides you with web surfing whenever you want.

Kalo mo liat yang lebih variatif lagi, bisa cek di situs ini: http://www.sidekick.com/family.aspx

Monday, October 20, 2008

Kondangan, Hunting Barang

Wah, senangnya kemaren bisa berjumpa dengan teman-teman SMA ^_^
Kami bertemu di acara pernikahan temanku.
Di sana ada Djaoek, Iyank, Yusba, Yudha, Ambar, Andi, dan Ucok.
Sudah lama tidak melihat wajah-wajah mereka ^_^
Jadi reuni nih ;)

Pulang dari kondangan, aku pergi ke swalayan untuk mencari beberapa barang yang aku perlukan.
1. Ordner
2. Sepatu anak-anak

Ordner itu untuk keperluan kantor di mana aku sekarang sedang bekerja dan sepatu anak-anak itu untuk sepupuku, Hung2 ^_^
Nanti kapan-kapan kupampang foto lucunya di sini.

Aku mencari ordner itu dari hari sabtu. Kulihat ordner yang bermerk Bindex di toko buku Karisma. Harganya Rp 15.900. Kupikir coba lihat di Hypermart pasti lebih murah. Ternyata stok barangnya kosong.
Lalu aku cari di JM Kenten. Ada barangnya, harganya Rp 17.900. Wah... lebih mahal ternyata. Aku putuskan untuk mencarinya di tempat lain saja seperti toko Siswa atau Siswi, ada kemungkinan lebih murah harganya.
Setelah keliling-keliling menuju tempat tersebut ternyata kedua-dua toko tersebut tutup. Huhuhuhuhu...

Hampir saja putus asa. Eh, ga taunya toko Sumber Mas buka. Aku tanyakan harganya kepada pramuniaganya, "berapa 1 ordner merk bindex, pak?" tanyaku sambil menunjuk ke arah ordner yang terletak di rak bagian atas.
"Sembilan ribu limo ratus," jawab bapak-bapak pramuniaga yang sudah tua itu.
Wah... murah sekali pikirku dalam hati. Setelah mensurvei harga kemana-mana harga Rp 9.500 itu terlihat sangat murah sekali, apalagi aku membelinya cukup banyak, yaitu 3 buah.
Lumayan kan ^_^
Lalu aku putuskan untuk membelinya.

Mengenai sepatu sepupuku yang kubeli, ceritanya begini.
Sepatu itu sebelumnya sudah pernah kubeli untuk sekedar pemberian dari cece tersayangnya ini tapi kekecilan dan notanya sudah hilang. Alhasil aku tidak dapat menukarnya, jadi aku putuskan untuk membeli yang baru lagi untuknya. Setelah mengubek-ubek toko itu, kutemukan juga sepatu anak-anak yang dengan susah payah ditemukan setelah ada tipe dan harga yang bagus tapi tidak ada nomornya, nomor yang cocok tapi harganya tidak terjangkau.
Nah, untuk yang satu ini mudah-mudahan pas di kakinya yang imut-imut kayak marmut ^_^

Saturday, October 18, 2008

Today is weekend, Refleksi Kegagalan

Yee...
Hari ini weekend nih :D

Pagi-pagi aku dibangunkan oleh suara handphone yang berdering.
Yach... temanku si maya menelepon dengan suara kepanikan menanyakan padaku di mana dia menaruh kartu bimbingan skripsinya.
Weleh... weleh... mana aku tau, dia saja tidak tau, apalagi aku.
Ada-ada saja temanku yang satu ini.
Sebenarnya hari ini ada kuliah umum di kampusku yang bertemakan "E-Banking" tapi aku tidak bisa hadir karena sekarang aku lagi bekerja di perusahaan oom-ku.

-----------------*********------------------

Besok adalah 1 bulan tepat hari yang paling tidak terlupakan di tahun 2008 ini atau mungkin seumur hidupku, yaitu sebuah pelajaran berharga dalam hidupku, hari kegagalanku dalam sidang tugas akhir.

Oh yach. Ada yang mau aku ceritakan.
Kemaren aku melihat-lihat blog temanku, di situ tertulis sebuah artikel yang berjudulkan "Don't Blame Others" yang menceritakan bagaimana pendapatnya mengenai ketidaklulusan beberapa teman-temannya, termasuk aku.
Dia mengatakan dan mengeluh kenapa hampir semua teman-temannya menyalahkan pembimbing skripsinya atas ketidaklulusan mereka sendiri.

Sejujurnya, aku kecewa padanya kenapa dia bisa berpikiran kalo aku terlalu menyalahkan orang lain termasuk pembimbingnya yang menjadi penguji aku. Padahal dia tau benar bagaimana posisiku dan perasaanku.
Aku sekarang ini bukan marah padanya tapi aku hanya kecewa kenapa dia tidak bisa mengerti isi hatiku dan jalan pikiranku. Apakah memang aku sepicik itu sampai hanya menyalahkan orang lain saja atas kegagalanku di sidang tugas akhir kemaren. Aku sadar kegagalanku itu 80% adalah kesalahanku, tidak perlu orang lain yang menyadarkan aku. Kupikir aku orang yang cukup tau diri.

Pertama-tama setelah aku sadar bahwa masa depan yang telah aku rancang dengan sempurna hancur berantakan hanya karena kelalaianku, aku memang merasa marah kepada semua pihak yang terkait dengan kegagalanku namun perlahan-lahan aku menyadari hal ini terjadi tak lain dan tak bukan juga karena kelalaianku.
Oleh karena itu, kemaren-kemaren aku sempat sedih, kecewa, dan marah tapi aku mencoba menyadari bahwa itu adalah karena kesalahanku sendiri yang tidak dapat meyakinkan penguji dan pembimbingku untuk meluluskanku. Agar tidak larut dalam kekecewaan dan kemarahan, aku mencoba untuk belajar ikhlas dan mengambil nilai positif dari segala masalah yang telah kuhadapi. Jujur, masalah-masalah beruntun yang terjadi setelah ketidaklulusanku itu membuatku sangat terpukul.

Beberapa masalah yang terjadi akibat kegagalanku, yaitu:
1. Aku harus menunggu sampai bulan Januari 2009 untuk sidang ulang.
2. Beasiswaku tidak bisa dilanjutkan karena aku mendapat nilai E dan IPSku tidak mencukupi (kata kampus).
3. Predikat Cum Laudeku hilang karena aku mengulang tugas akhir.
4. Predikat Cum Laude hilang, akibatnya aku harus membayar biaya wisuda yang seharusnya aku tidak perlu membayarnya kalau aku cum laude.
5. Aku harus membayar uang sidang sekali lagi untuk sidang ulang.
6. Aku harus menunggu wisuda periode berikutnya.

Dari masalah-masalah di atas, dapat dilihat bahwa selain rugi uang, juga rugi waktu.
Tapi aku tau Tuhan selalu memberikan yang terbaik untukku dan semua masalah tersebut pasti setimpal dengan manfaat yang dapat aku petik di kemudian hari.
Mungkin dengan masalah tersebut, aku bisa belajar lebih dewasa lagi, belajar untuk bersabar, belajar untuk was-was karena mungkin sebelumnya aku terlalu menganggap enteng, semangatku sekarang lebih berkobar, harapan dan keingginanku juga sekarang menjadi lebih jelas, dan sisi-sisi positif lainnya yang mungkin berefek secara tidak langsung terhadap perkembangan psikologiku.

Ingatlah bahwa masalah bukan membuat kita mundur selangkah tapi masalah membuat kita maju selangkah dan menjadi manusia yang memiliki nilai plus asalkan individu tersebut dapat mengambil sisi positif dari masalah yang dihadapinya.

Aku juga sangat bangga dan terharu pada kedua orang tuaku yang walaupun aku mengalami kegagalan tapi mereka tidak meninggalkan dan memarahiku. Bukan berarti orang tuaku orang yang masa' bodoh sehingga membiarkan saja apa yang terjadi pada anaknya, namun mereka berusaha untuk mendukung aku apapun keadaanku dan apapun masalahku. Mereka tau aku telah berjuang maksimal tapi mungkin hasilnya yang belum maksimal. Sebenarnya aku merasa sangat bersalah pada mereka karena telah mengecewakan mereka. Aku pernah bertanya pada mamaku, "Mama kecewa dak?", tapi beliau menjawab, "Dak papo. Perjuangan dede' dak sampe sini be, masih panjang". Kata-kata yang cukup menghibur :)
Tapi sebernarnya dari lubuk hati yang paling dalam aku tau mereka pasti sangat kecewa dan aku berjanji akan menggantikan kekecewaan mereka itu dengan kebanggaan yang besar. Amin.